AlurNews.com,BATAM – Melonjaknya tagihan air pelanggan hingga mencapai angka fantastik, mendapatkan sorotan ‘tajam’ dari berbagai pihak. Mengingat, tagihan air PT Moya Indonesia tersebut menimbulkan beban berat bagi pelanggannya, khususnya dalam masa pandemi Covid-19 saat ini.
Merespon hal tersebut, Manajemen PT Moya Indonesia melalui Direktur Area Batam, Sutedi Raharjo bersama Badan Pengusahaan (BP) Batam akhirnya angkat bicara pada jumpa pers dengan awak media, Kamis (7/1/2021) siang tadi.
Direktur Utama PT Moya Indonesia Sutedi Raharjo mengungkapkan, bahwa adanya peningkatan tagihan air sejumlah pelanggannya, disebabkan adanya kebocoran di rumah pelanggan.
“Dari hasil verifikasi dilapangan, tagihan sudah sesuai penggunaan. Termasuk adanya kebocoran di pipa jaringan internal pelanggan. Tercatat, ada 303 pelanggan air bersih di Batam yang tagihan airnya mengalami lonjakan,” jelasnya.
Tedi juga menunjukkan sejumlah bukti-bukti terkait lonjakan tagihan air pelanggan tersebut dalam sebuah tampilan layar. Dimana dalam tagihan yang ada diakuinya sudah sesuai. Baik itu lonjakan yang awalnya Rp69 ribu pada November 2020 menjadi Rp1,5 Juta pada Desember 2020.
“Peningkatan pembayarannya sudah sesuai dengan pemakaian. Itu fakta dan bukti-bukti yang kita temukan. Petugas kita turun langsung ke lapangan dan mengambil foto meteran. Intinya, itu murni adanya kebocoran di jaringan internal pelanggan. Mengingat, setelah meteran air bukan lagi tanggung jawab kami, namun sudah menjadi tanggungan pelanggan,” katanya.
Selain itu, jelasnya lagi, tingginya tagihan pelanggan itu juga disebabkan oleh adanya tagihan pelanggan yang belum masuk dalam sistem billing. Sehingga menjadi besar olah akumulasi pembayaran hingga 2-3 bulan.
“Jadi memang, tagihan sejumlah itu karena memang benar adanya dan disebabkan oleh banyak faktor jaringan internal pelanggan,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan, Binsar Tambunan meminta kepada PT Moya Indonesia untuk bisa memberikan keringan kepada pelanggan yang mengalami lonjakan tagihan air, melalui pola cicilan ataupun lainnya.
“Berdasarkan data ini, semoga nanti ada solusi dari PT Moya Indonesia untuk bisa meringankan beban pelanggan. terlebih lagi dalam masa pandemi covid-19 ini,” jelasnya.
Sebelumnya, DPRD kota Batam melalui komisi I mengundang PT Moya Indonesia untuk hadir dalam RDP terkait tagihan air yang melonjak naik.
Namun, bukan kehadiran yang didapatkan. PT Moya Indonesia tanpa informasi malah mangkir dalam RDP tersebut. Hal itu pun membuat pihak DPRD kota Batam kecewa atas sikap PT Moya Indonesia.
“Kita undang, karena kita mewakili masyarakat dalam hal ini pelanggan. Jadi kalau undangan RDP DPRD saja tidak dihargai. PT Moya Indonesia terlihat dengan tidak profesional. Dan terkesan tidak menghargai DPRD kota Batam sebagai lembaga perwakilan rakyat Batam,” tegas Utusan Sarumaha, SH anggota DPRD Kota Batam dari fraksi Partai Hanura.
Bahkan, pihaknya merasa kecewa atas sikap PT Moya Indonesia yang malah memilih hadir di undangan BP Batam. Di RDP DPRD Kota Batam mangkir. Diundang BP Batam malah hadir. Padahal masih ada waktu untuk hadir di DPRD. Ini terkesan tak menganggap DPRD. Sebagai pengelola baru, harusnya PT Moya bisa menunjukkan pelayanan publik yang yang baik,” katanya.
Terlepas ketidak hadiran PT Moya Indonesia dalam RDP tersebut. Utusan menyebut akan mengundang kembali pihak PT Moya Indonesia. “Akan kita jadwalkan ulang. Kita akan suarakan aspirasi rakyat,” tegasnya lagi.
Sementara itu, Roy warga Batam yang terkena imbas dari kenaikan tagihan air tersebut mengaku kecewa. Ia menyebut, telah mencoba memberikan informasi tersebut ke pihak PT Moya Indonesia. Namun jawaban PT Moya Indonesia dinilainya tidak masuk akal.
“Katanya kebocoran makanya tagihan naik drastis. Tak masuk akal kalau bocor ramai-ramai. Tiap hari rumah saya selalu ada orang. Tidak ada yang bocor,” ungkapnya.
Roy meminta, pihak berwenang dalam hal ini BP Batam harus menelusuri menyusul dalih PT Moya Indonesia terkait lonjakan tagihan air tersebut.
“Sebaiknya alasan kebocoran itu di Investigasi oleh BP Batam. Atau kalau perlu minta ahli untuk menelusuri nya. Kok bisa bocor ramai-ramai. Baru ini terjadi. Dari kita bayar cuma 33ribu. Jadi 300ribu. Ada juga yang 55ribu, jadi 10juta. Ini kan tidak masuk akal,” ucapnya.
Bahkan, Evi salah satu warga Batam juga mengatakan, BP Batam yang menghadirkan PT Moya Indonesia dalam mengelola air bersih di Batam jangan terkesan memberikan ruang spesial. “Beda dengan ATB yaa.. BP Batam terkesan memberikan ruang spesial PT Moya. Dari awal hingga timbul masalah soal tagihan air ini. Jangan sampai kami menilai BP Batam terkesan mencoba menutup-nutupi ketidak profesional Moya dalam mengelola air,” cetus Evi.
“Terlihat sekali. Diundang DPRD Batam malah mangkir. Kan DPRD itu perwakilan kami sebagai rakyat Batam. Kok hanya hadir di BP Batam, ini apa? tanya Evi.
Evi berharap, PT Moya Indonesia bisa menunjukkan bahwa mampu lebih baik daripada ATB dalam mengelola air bersih di Batam.
(Red)