Operasi Pencarian Kapal Selam KRI Nanggala 402 Masih Berlangsung

Lebih lanjut, Julius juga menerangkan operasional kapal selam di bawah laut tergantung pada baterai. Dia menurutkan jika kapasitas baterai besar maka bisa tahan lama sampai berhari-hari.

“Kalau baterai tahan lama, berjam jam pun nggak apa-apa, berhari-hari pun nggak masalah. Dari baterai diubah akan menjadi teknologi nuklir yang lebih lama dia di bawah air. Selain kecepatan juga tenaganya, nuklir lebih efektif. Kalau baterai itu harus isi ke permukaan, naik ke permukaan, diisi, dicharge begitu, setelah penuh, turun lagi,” sambungnya.

Kadispenal Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono, menyampaikan dugaan KRI Nanggala-402 ini hilang kontak setelah 1 jam dapat izin menyelam.

“Hampir satu jam. (Pukul) 3 lebih, (pukul) 4 lebih, hampir satu jam,” kata Julius.

Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto juga menuturkan KRI Nanggala-402 hilang kontak sekitar pukul 04.30. Sampai saat ini pencarian masih dilakukan.

“Terakhir komunikasi ketika 04.30 mau laksanakan penembakan sudah tidak ada komunikasi,” kata Marsekal Hadi.

Beberapa negara sahabat ikut membantu pencarian kapal selam KRI Naggala- 402 buatan Jerman termasuk, Australia, singapure dan India.

Gambar

Tetapi mantan komandan kapal selam nuklir Inggris Ryan Ramsey mengungkapkan pendapatnya mengenai insiden hilangnya kapal selam KRI Nanggala 402 Indonesia di Perairan Bali. Pencarian terhadap kapal selam buatan Jerman itu masih berlangsung hingga hari ini, Kamis (22/4/2021).

“Jika sesuatu telah terjadi, sangat tidak mungkin Nanggala 402 akan ditemukan,” katanya.

“Fakta bahwa dia (KRI Nanggala 402) tidak mencapai pangkalan, selama jendela komunikasi rutin juga menunjukkan bahwa dia telah tersesat,” ujarnya.

Ramsey mengatakan, biasanya jika ada masalah, kapal akan muncul ke permukaan. Jadi, entah kapal itu tidak dapat muncul ke permukaan atau sesuatu yang sangat dramatis terjadi disana.

(rls)