Gerebeg Syawal di Keraton Yogyakarta Bagikan Hasil Bumi kepada 3000 Abdi Dalem

Sri Sultan HB X, Raja Keraton Yogyakarta.(alurnews.com/ist)

YOGYAKARTA, AlurNews.com – Dalam rangka Garebeg Syawal 1442 Hijriah, Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat bagikan ubo rampe dalam bentuk hasil bumi kepada 3.000 abdi dalem.

Menurut Wakil Penghageng Parentah Hageng, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudho Hadiningrat, pembagian ubo rampe hanya kepada abdi dalem sebagai upaya tidak terjadi kerumunan di masa pandemi Covid-19.

Ubo rampe ini merupakan rengginang yang dibuat seperti bunga dan ditancapkan di pelepah.

Pada kondisi normal, ubo rampe akan dibuat berbentuk gunungan. Setelah itu diarak menuju Alun-Alun Utara untuk dibagikan kepada masyarakat umum.

“Sehingga yang biasanya Garebeg menggunakan gunungan dan itu kemudian di garebeg atau dirayah di Kagungan Ndalem Masjid Gedhe Kauman, Pakualaman dan Kepatihan, sekarang upacara hanya diadakan di dalam internal Kraton. Tapi tetap dikirim ke Pakulaman dan dikirim ke Pemerintah Daerah di Kepatihan,” kata KPH Yudho saat ditemui para media di Kraton Jogja, Kamis (13/5/2021).

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi memimpin upacara Garebeg Syawal tahun ini. Adapun beberapa keluarga Sri Sultan HB X yang hadir seperti GKR Condrokirono,GKR Maduretno, GKR Hayu, KPH Purbodiningrat, dan KPH Notonegoro.

Selain tahun ini, Garebeg tahun lalu juga hanya dilaksanakan secara internal.

“Sudah menjadi tradisi Kraton Jogja setiap hari besar Islam selalu mengadakan upacara yaitu upacara Garebeg Maulud, Garebeg Syawal dan Garebeg Besar [tahun baru Islam],” kata KPH Yudho yang juga menjabat sebagai Wakil Penghageng Tepas Tandha Yekti.

“Istilah Garebeg itu sedekah raja, ini juga disimbolkan sebagai sedekah Raja tapi yang diberi hanya abdi dalem karena pendemi. Biasanya yang diberi seluruh masyarakat.”

Menurut GKR Condrokirono, meskipun tahun ini terlaksana tanpa arak-arakan gunungan dan prajurit, makna Garebeg tidaklah hilang.

“Meski tidak ada prosesi arak-arakan prajurit dan gunungan, Garebeg tetap tidak kehilangan esensinya, yakni perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi, yang dibagikan untuk rakyatnya,” kata putri kedua Sri Sultan HB X ini.

Melalui upacara ini, Kraton Jogja berdoa kepada Allah SWT agar Kraton Jogja senantiasa sejahtera, aman, serta guyub rukun.

Sebelumnya, Keraton Yogyakarta memutuskan meniadakan acara tradisi Grebeg Syawal 1442 Hijriah yang sedianya akan berlangsung pada 13 Mei 2021 atau 1 Syawal Jimakir 1954 untuk mencegah penularan Covid-19.

“Pokoknya saya tidak mau melakukan yang kira-kira berkerumun,” kata Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.(*)

Sumber: Harian Jogja