#MuralkanIndonesia Menjadi Trending Topic di Twitter

Foto:illustrasi

AlurNews.com, Jakarta – Penghapusan mural kritikan yang dilakukan aparat turut membuat jengah netizen Indonesia. Di jagat Twitter, sejak tadi pagi tagar #MuralkanIndonesia membahana sampai sekarang.

Tagar itu kini berada dalam lingkup 5 besar teratas yang dibicarakan netizen Indonesia. Apa saja yang dibicarakan oleh #MuralkanIndonesia?

Seorang netizen @immue*** mengunggah tulisan grafiti di tembok kota yang bertuliskan ‘Tidak Dimulai dengan ‘Pada Suatu Hari’ tetap dengan ‘Jika saya terpilih nanti, saya berjanji akan….’.

“Bicara sopan tak didengar, teriak sedikit dianggap makar #MuralkanIndonesia,” unggah @Boss* disertai ilustrasi dua pria dan salah satu mata pria itu ditutup tulisan 404: Not Found.

“Sepertinya ‘penyakit baru’ itu namanya ‘muralphobia’ #MuralkanIndonesia,” timpal lainnya.

“Wabah Sebenarnya Adalah Kelaparan #MuralkanIndonesia,”cuit @Danny****.

Mural yang berarti cara menggambar atau melukis di atas dinding merupakan salah satu aktivitas berkesenian yang ada. Sejarah mural atau grafiti di Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia.

Bahkan mural dengan kata-kata provokatif yang lugas dan tegas marak ada jelang kemerdekaan Indonesia. Tujuannya agar dapat perhatian dari Jepang kala itu.

Kini mural tengah menjadi perbicaraan hangat di masyarakat. Banyaknya mural yang memuat kritikan terhadap kondisi sosial, politik, dan pemerintah di tengah pandemi merupakan suara sah dari masyarakat yang tak terdengar.

Ketua Pusat Studi Industri Kreatif Pasca Sarjana Universitas Airlangga (Unair), Igak Satrya Wibawa menyampaikan mural sudah dikenal menjadi media komunikasi bagi masyarakat.

“Mural adalah salah satu bentuk street art, menjadi media komunikasi yang cukup sering digunakan masyarakat dalam menyampaikan pesan, harapan dan kritik kepada pihak yang punya privilege atau kekuasaan tertentu,” ungkapnya seperti dikutip dari laman Unair.

Seniman asal Yogyakarta, Anagard pun menegaskan mural seni halus untuk berekspresi bukanlah seni dekoratif yang hanya sebagai pajangan.

“Seni itu tajam apalagi yang dibuat seniman jalanan yang ada di ruang terbuka. Karena dia (karya di ruang publik) adalah jalur menarik untuk menyalurkan ekspresinya itu,” tukas Anagard.

sumber : detik.com