Stratolaunch Roc, Pesawat Terbesar Sejagat Kembali Mengangkasa

AlurNews.com – Pesawat terbesar sejagat, Stratolaunch Roc kembali mengangkasa membelah langit California, Amerika Serikat. Si raksasa satu ini memiliki enam mesin jet yang disertai dengan 28 roda.

Dijuluki sebagai pesawat terbesar karena Stratolaunch Roc karena punya bobot 226,7 ton dengan rentang sayap 117 meter. Bila dibandingkan dengan Antonov An-225 Mriya yang baru dihancurkan oleh Rusia yang melakukan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari, Stratolaunch Roc punya dua badan dengan menggabungkan dua jet jumbo Boeing 747.

Desain unik ini ada tujuannya. Stratolaunch Roc dirancang tidak untuk membawa penumpang, melainkan mengangkut roket yang nantinya diluncurkan saat berada di udara.

Nah, baru-baru ini, Stratolaunch Roc baru saja merampungkan uji terbang keempatnya. Pesawat warisan mendiang pendiri Microsoft, Paul Allen, ini lepas landas dari Mojave Air and Space Sport di California, AS.

Stratolaunch Roc terbang selama satu jam 43 menit dengan ketinggian mencapai maksimum 15 ribu kaki atau 4.572 meter dari daratan.

Dikutip dari Space, Rabu (2/3/2022) penerbangan ini difokuskan untuk menguji retraksi roda pendarat dan memperluas kemampuan Stratolaunch Roc.

“Penerbangan yang sukses hari ini menunjukkan dan memvalidasi peningkatan pada sistem pesawat pengangkut dan kinerja penerbangan secara keseluruhan,” ujar CEO Stratolaunch, Zachary Krevor.

“Penarikan dan perpanjangan roda pendarat penuh membawa pesawat pengangkut lebih dekat ke status operasional, tonggak sejarah yang diperlukan untuk menyiapkan pesawat untuk pemisahan dan uji penerbangan hipersonik akhir tahun ini,” sambungnya.

Paul Allen mendirikan Stratolaunch Roc pada 2011. Kehadiran pesawat terbesar sejagat ini untuk menjadi alternatif peluncuran satelit di udara. Namun sayang, Allen meninggal Oktober 2018 dan tidak sempat melihat karyanya mengudara dengan gagah pada April 2019.

Beberapa bulan kemudian, perusahaan Stratolaunch dijual ke pemilik baru yang diperkirakan USD 400 juta atau Rp 5,7 triliun saat itu. (ib)