GIMNI Akan Gelontorkan 320 Ribu Kilo Liter Minyak Goreng

Minyak goreng. (Foto: Istimewa)

AlurNews.com – Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga memproyeksi 12 perusahaan itu akan kembali mengucurkan 320 ribu kilo liter minyak goreng pada Maret 2022.

Mengutip cnnindonesia.com, GIMNI menyatakan 12 perusahaan yang menjadi anggota asosiasi telah menggelontorkan 320 ribu kilo liter atau setara 272 ribu metrik ton stok minyak goreng ke ritel dan pasar tradisional sepanjang Februari 2022.

Sementara, ia mengatakan perusahaan akan mendistribusikan minyak goreng lebih banyak jelang Ramadan dan Lebaran. Menurut Sahat, pasokan yang didistribusikan akan naik menjadi 360 ribu kilo liter sampai 370 ribu kilo liter pada April-Mei 2022.

“Estimasi GIMNI per bulan itu sekitar 320 ribu kilo liter-330 ribu kilo liter jadi sebetulnya kami melihat supply sudah cukup ditambah stok-stok di pasar,” ujarnya, Jumat (4/3).

Sementara, Sahat mengatakan konsumsi minyak goreng nasional rata-rata hanya 300 ribu-310 ribu kilo liter per bulan. Angkanya di bawah jumlah minyak goreng yang didistribusikan oleh perusahaan yang tergabung di GIMNI.

Namun, pasokan minyak goreng masih langka saat ini. Masih banyak warga yang kesulitan mendapatkan minyak goreng di pasar atau ritel modern.

Sahat menduga ada dua faktor yang menyebabkan minyak goreng masih langka di pasaran. Pertama, karena terjadi panic buying dan spekulan warga yang bolak-balik mengantre beli minyak goreng.

“Anak dan cucu juga disuruh ikut antre, tapi itu relatif kecil,” ujar Sahat.

Kedua, ia menduga sebagian pihak yang memborong minyak goreng adalah oknum-oknum tertentu karena harga untuk warga lebih murah ketimbang industri. Menurut Sahat, harga minyak goreng untuk industri masih di level Rp17 ribu-Rp20 ribu per liter, sedangkan warga Rp14 ribu per liter.

“Yang saya paling takutkan ada cukong besar memborong semua produk-produk begitu banyak, begitu keluar diborong habis. Tujuannya untuk mengambil keuntungan yang besar langsung karena industri itu butuh sekitar 190 ribu kilo liter per bulan,” papar Sahat.

Ia sendiri mengaku heran melihat polemik minyak goreng tak kunjung selesai meski pengusaha sudah diwajibkan menggelontorkan minyak goreng sesuai aturan kewajiban pemenuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO), yakni 20 persen dari total ekspor masing-masing perusahaan.

Oleh karena itu, ia meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) menempatkan satgas khusus untuk memantau distribusi minyak goreng.

Terpisah, Corporate Affairs Director Sinarmas Agribusiness and Food Harry Hanawi mengungkapkan telah meningkatkan produksi serta mempercepat penyaluran minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Sejak Februari 2022 lalu, kami telah meningkatkan kapasitas produksi hingga 21 ribu ton per bulan, di atas kapasitas normal yakni sekitar 18 ribu ton,” ujar Harry dalam keterangan resmi.

Perusahaan juga mengoptimalkan kemitraan dengan penyalur di berbagai jaringan pemasaran yang menjangkau pasar tradisional, pasar modern, dan marketplace. Hal ini dilakukan guna mempercepat distribusi minyak goreng.