
AlurNews.com – Kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng tak hanya terjadi di Indonesia. Saat ini, kondisi serupa juga dialami negara di Eropa Barat seperti Jerman dan Belanda.
Menurut pengakuan seorang mahasiswa yang tinggal di Jerman, minyak goreng di sana mengalami kelangkaan. Bahkan, masyarakat juga mengalami panic buying akibat jumlahnya yang terbatas.
“Iya benar, di beberapa supermarket sudah dijatahin karena orang-orang panic buying,” kata Verren (21) kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/3).
Verren yang juga bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran bahkan telah diperingatkan oleh pengelola restoran untuk menggunakan minyak goreng dengan baik.
“Saya juga kerja jualan kentang goreng, kami telah diperingatkan untuk mengelola minyak goreng dengan baik untuk menyimpannya,” ucapnya.
Ia mengaku kelangkaan minyak goreng sudah terjadi selama kurang lebih satu pekan terakhir di Jerman. “Baru-baru aja (langka) sejak minggu lalu,” katanya.
Tak hanya Jerman, WNI yang tinggal di Belanda juga melaporkan hal serupa. Menurutnya, kenaikan harga komoditas pangan termasuk minyak goreng diakibatkan oleh konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
“Ya pastinya gara-gara konflik ini harga komoditas naik dan orang-orang jadi panic buying. Kejadiannya mirip seperti awal-awal pandemi. Dulu dengan tisu toilet dan sekarang dengan minyak goreng,” kata Nicole (19) di Belanda.
Nicole yang merupakan seorang mahasiswi mengaku mempelajari masalah ini di perguruan tinggi. Menurutnya, Belanda mengimpor biji bunga matahari untuk membuat minyak goreng dari Ukraina dan Rusia.
“Jadi dua pertiga minyak goreng di Belanda itu datang dari Ukraina dan Rusia,” ucapnya.
Bahkan untuk mendapatkan minyak goreng, ia mengaku perlu membelinya sejak pagi hari agar mendapatkan minyak goreng biji bunga matahari tersebut.
“Terbatas banget (minyak goreng), raknya kosong dan kita cuma beli pas pagi karena kalau sore udah kosong,” katanya. (ib)