Pintu Perbatasan Batam-Singapura Dibuka, Arman: Akhirnya Bisa Bertemu Keluarga setelah 2 Tahun Berpisah

Arman, warga Batam tiba di Pelabuhan Feri Tanah Merah Singapura usai dibukanya pintu perbatasan Batam-Singapura 1 April 2022. (Foto: Arman untuk AlurNews.com)

AlurNews.com – Dibukanya pintu perbatasan Batam-Singapura per tanggal 1 April 2022, disambut suka cita oleh warga kedua negara tetangga pasca ditutup selama lebih 2 tahun imbas pandemi Covid 19.

Terlebih warga Batam yang sudah terbiasa berpergian ke Negeri Singa tersebut. Meski jaraknya hanya ‘sepelemparan batu’, warga Batam tak bisa berpergian ke Singapura karena akses masuk ditutup.

Pembukaan perdana kembali perbatasan wilayah Singapura dan Batam yang dimulai tanggal 1 April 2022 dimanfaatkan oleh sejumlah warga Batam. Salah satunya, Daeng Arman.

Semua wisatawan yang sudah divaksinasi dosis lengkap serta booster (penguat) dapat menikmati perjalanan bebas karantina ke Singapura, cukup dengan melakukan tes antigen sebelum keberangkatan.

Suasana di salah satu terminal di Singapura. (Foto: Arman untuk AlurNews.com)

Berangkat dari Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre, Arman masuk ke Singapura melalui Pelabuhan Tanah Merah. Namun untuk perjalanan pertama kalinya pasca pandemi, ia harus merogoh kocek lebih dalam dari biasanya untuk tiket kapal feri pulang pergi (PP).

“Tiketnya mahal, PP Rp800 ribu,” ujarnya kepada AlurNews.com, Sabtu (2/4/2022).

Ia mengatakan, meski sudah resmi dibuka untuk wisatawan mancanegara (wisman) namun terminal kedatangan masih terlihat sepi.

“Kalau suasana di Singapura sendiri sudah normal, warga menerapkan prokes dan pakai masker,” katanya.

Terlebih kedatangannya kali ini bertepatan dengan masuknya bulan suci Ramadhan tahun 2022.

Suasana jalan di kawasan Geylang Serai, Singapura. (Foto: Arman untuk AlurNews.com)

Hal ini terlihat jelas ketika bus yang ditumpangi melintas di daerah Geylang Serai. Tampak lampu hias berwarna-warni menghiasi jalan, sehingga menyamarakkan bulan Ramadhan di Singapura.

Kedatangan Arman ke Singapura juga bisa dibilang pertemuan emosional, dikarenakan situasi pandemi yang membuat ia dan istri serta anak anak tidak bertemu selama dua tahun. Meskipun jarak Singapura dan Batam dekat, namun kondisi situasi yang tidak memungkinkan untuk bertemu.

“Kedatangan saya di Singapura sangat dinantikan istri dan keluarga. Saat bertemu berlangsung haru tangis bahagia, rasanya saya seperti pulang dari arena ‘peperangan’ selama dua tahun tak bertemu, isak tangis bahagia dan sedih bercampur,” terangnya.

Ia juga sangat berterima kasih dan mengapreasiasi pemerintah kedua negara, khususnya pemerintah Singapura yang kembali membuka akses masuk bagi warga Indonesia.

“Alhamdulillah dengan adanya kebijakan kedua pemerintah,kami apresiasi dan berterima kasih karena bisa kembali bertemu keluarga,” kata Arman.