Puasa Arafah, Ini Niat dan Keistimewaannya

Ilustrasi niat puasa Ramadhan. (Foto: freepik)

AlurNews.com – Niat puasa Arafah sangat penting sebelum mengerjakannya. Niat puasa Arafah bisa dikerjakan sejak malam harinya. Batasan waktu niat sampai sebelum masuk waktu subuh. Jadi selepas maghrib sudah bisa langsung berniat dalam hati untuk puasa besok.

Apabila belum sempat niat dan bangunnya usai imsak atau subuh, bisa langsung berniat puasa sunah dengan catatan belum makan, minum, atau mengerjakan hal-hal yang bisa membatalkan puasa.

Diterangkan bahwa niat berarti al-qashdu atau keinginan. Niat puasa adalah keinginan untuk berpuasa. Letak niat di dalam hati, tidak cukup dalam lisan, tidak disyaratkan melafazkan niat. Berarti niat di dalam hati saja sudah teranggap sahnya.

Mengutip dari okezone.com, ulama besar Muhammad Al Hishni berkata:

لاَ يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلاَّ بِالنِّيَّةِ لِلْخَبَرِ، وَمَحَلُّهَا القَلْبُ، وَلاَ يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِهَا بِلاَ خِلاَفٍ

“Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadis yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati dan tidak disyaratkan dilafazkan.” (Lihat kitab Kifayah Al-Akhyar, halaman 248).

Keistimewaan Puasa Arafah

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim nomor 1162)

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ . فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، إِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada amal salih yang lebih dicintai Allah dibandingkan amal salih yang dilakukan pada 10 hari itu. Para sahabat bertanya: ‘Bagaimana dibandingkan dengan jihad fi sabilillah?’ Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidak pula jihad, kecuali dia berangkat jihad dengan jiwa dan harta lalu pulang dari jihadnya tidak bawa apa pun dari semua itu’.” (HR Bukhari dan At-Tirmidzi)

Lebih lanjut Imam Al-Ghazali mengungkapkan bahwa keutamaan orang yang melaksanakan puasa tarwiyah adalah ia akan mendapatkan pahala seperti pahala kesabaran Nabi Ayub Alaihissallam atas kesabaran penderitaannya. Sedangkan keutamaan orang yang melaksanakan puasa Arafah adalah ia akan mendapatkan pahala seperti pahala Nabi Isa Alaihissalam (Mukasyafatul Qulub).

Tanggal 8 Dzulhijjah (Tarwiyah)atau ‘yaumut tarwiyah’ yang berarti ‘hari menyegarkan diri’. Istilah tersebut disematkan karena pada waktu tersebut para jamaah haji melihat air setelah sebelumnya air tidak atau jarang ditemui. Mereka berangkat ke Mina dan bermalam sebelum hari Arafah dan saat itu juga turunya wahyu (perintah Allah Subhanahu wa ta’ala) kepada Nabi Ibrahim Alaihissallam untuk menyembelih Nabi Ismail Alaihissallam.

Sedangkan pada hari Arafah yaitu 9 Dzulhijjah, Allah Subhanahu wa ta’ala akan membentangkan rahmat-Nya. Sehingga siapa saja yang berdoa memohon hajat dunia akhirat, maka Allah Ta’ala akan mengijabahinya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ

“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR Tirmidzi nomor 3585). (ib)