AlurNews.com – Diduga kerap menjadi korban perundungan atau bullying di lingkungan sekolah, SI (17) mantan siswi SMK Satu Bangsa Harmoni, Bengkong, Batam, Kepulauan Riau kini terpaksa memilih untuk pindah sekolah.
Ironisnya tindakan perundungan ini, diakui keluarga korban tidak hanya dilakukan oleh teman sekelas, namun juga dilakukan oleh oknum guru.
“Anak saya sampai stres bersekolah di sana. Bukan hanya temannya saja yang merundung, bahkan gurunya juga. Hal ini sudah berlangsung dari anak saya duduk di kelas X,” ungkap Indra Juniarti orangtua SI yang berhasil ditemui, Sabtu (7/1/2023).
Baca juga: Stop Bullying dan Kekerasan pada Perempuan, Ini Pesan Wagub Marlin ke Pelajar Batam
Dikarenakan tindakan dari teman sebaya hingga oknum guru di sekolah tersebut, Indra mengaku bahwa kini anaknya yang sebelumnya duduk di kelas XI SMK ini harus menjalani sesi terapi oleh psikiater.
Walau demikian, selaku orangtua pihaknya mengaku telah melaporkan hal tersebut kepada pihak sekolah. Namun laporan tersebut tampaknya tidak ditangani serius.
“Bullying yang dialami anak saya sudah tiga kali dilaporkan ke Kepala Sekolah. Bahkan sudah ada pertemuan ke pihak yayasan. Namun tidak ada perubahan, makanya saya memilih untuk memindahkan anak saya. Dia sudah sangat tertekan di sana, hingga sekarang butuh bantuan psikiater,” lanjutnya.
Indra mengaku, awal perundungan ini bermula dari izin selama tiga hari terhadap wali kelasnya berinisial G, dikarenakan kegiatan keluarga yang diadakan di luar Kota Batam.
Namun dari informasi yang didapat, wali kelas tersebut mendapat tekanan dari siswa lainnya, sehingga SI tidak diberikan izin dan mendapat alpa pada absensi murid.
“Hal ini diketahui dari konten YouTube yang dibuat oleh oknum guru berinisial G. Di sana sebenarnya dia ingin memberikan izin, namun teman sekelasnya meminta agar anak saya diberikan alpa saja pada absensi,” tuturnya.
Setelah konten tersebut diposting, beberapa hari setelahnya oknum guru tersebut diketahui telah dikeluarkan dari sekolah tersebut.
Namun hal ini kemudian membawa dampak negatif terhadap SI, yang kemudian disebut sebagai ‘biang kerok’ oknum guru tersebut dipecat oleh pihak sekolah. Dikarenakan tuduhan ini, SI kemudian dikucilkan oleh teman sekelasnya.
Tidak hanya teman sekelasnya, bahkan tuduhan ‘biang kerok’ ini juga disematkan oleh oknum guru lainnya yang menjadi tenaga pengajar di kelas SI.
“Salah satu oknum guru lain berinisial AH, kemudian menjadi provokator dan kerap menyebut anak saya menjadi penyebab G dikeluarkan. Hal ini kemudian disambut oleh teman-teman SI. Karena tindakan provokasi ini dilakukan di saat AH tengah mengajar,” tegasnya.
Keluarga yang mengetahui hal ini, kemudian melaporkan tindakan ini kepada pihak sekolah. Pihak sekolah sendiri kemudian menjelaskan, alasan guru G keluar bukan dikarenakan dipecat melainkan dikarenakan mendapat pekerjaan baru.
Walau demikian, perundungan guru dan murid terhadap SI itu terus berlanjut setiap hari. Hingga akhirnya AH, menuding SI mendapatkan nilai bagus karena hasil menyontek.
“Pak AH ini selalu bilang ke anak saya nyontek aja jangan banyak gaya. Nilai kamu bagus karena nyontek, jangan banyak gaya kau mau cari tempat PKL belum tentu saya izinkan kamu PKL. AH juga pernah menendang kaki meja anak saya saat ia sedang menulis,” jelas Indra.
Tidak berhenti di oknum guru AH, guru lainnya yang menjadi pengganti G sebagai wali kelas SI juga melakukan hal serupa.
Tidak hanya merundung, bahkan wali kelas barunya menyebut bahwa ia mendapat tugas untuk mengajar di kelas yang dianggap sial dikarenakan kehadiran SI di dalam ruangan kelas.
“Wali kelas anak saya bernama bu SAP kelas yang ditempati anak saya dianggap kelas sial. Akibat beberapa perlakuan tersebut anak saya sangat tertekan dan tidak nyaman,” sebutnya.
Terpisah, Kepala sekolah SMK Satu Bangsa Harmoni Batam, Wahyuni Mangunsong saat dihubungi, Sabtu (7/1/2023) menolak berkomentar banyak, bahkan menyebut permasalahan tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan.
“Kemarin sudah ketemu sama orang tuanya, intinya masalah sudah selesai. Nanti saya salah ngomong lagi. Kemarin kan sudah, namanya sekolah. Kalaupun salah guru ya sudahlah saling memaafkan saja,” paparnya.
Hal senada juga dilontarkan oleh Ketua Yayasan Harmoni, Darmoyo yang membantah adanya perundungan di lingkungan sekolah.
Walau demikian, Darmoyo menyebut bahwa saat ini siswi berinisial SI sudah tidak lagi bergabung di SMK Satu Bangsa Harmoni.
“Dia kan sudah pindah, tidak ada masalah mas. Sudah selesai itu,” tuturnya. (Sirait)