Sering Dianggap Bukan Penyakit, Obesitas pada Anak Bisa Sebabkan Komplikasi

obesitas pada anak
Ilustrasi. Seorang anak menikmati makanan cepat saji, obesitas pada anak dapat menimbulkan komplikasi. Foto: Pexels

AlurNews.com – Obesitas pada anak sering dianggap bukan penyakit. Anak-anak yang gemuk malah terlihat lucu dan menggemaskan. Tapi ternyata obesitas bisa memicu komplikasi berbagai penyakit.

Dilansir laman resmi Kementerian Kesehatan, obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Baca juga: Cara Mencegah Stunting dan Obesitas pada Anak, Ibu-ibu Wajib Tahu!

Gejala lainnya yaitu bagian atas tubuh yaitu pada kepala wajah bulat, pipi tembem, dagu rangkap. Pada leher tampak pendek dan terdapat bercak kehitaman di belakang leher, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.

Obesitas digolongkan penyakit yang perlu intervensi secara komprehensif. Selain memberikan dampak terhadap penyakit tidak menular obesitas juga berdampak kerugian ekonomi yang dipicu oleh biaya perawatan yang tinggi.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan obesitas menjadi faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tidak menular antara lain diabetes, jantung, kanker, hipertensi, penyakit metabolik dan non metabolik lainnya, serta berkontribusi sebagai penyebab kematian tertinggi.

Menurut Maxi, obesitas merupakan masalah global, sekitar 2 miliar penduduk dunia dan mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia.

“Pada tahun 2030 itu diperkirakan 1 dari 5 wanita dan 1 dari 7 pria akan hidup dengan obesitas,” ujarnya, Senin (6/3/2023).

Ia mengatakan pemerintah telah mengatur kandungan gula, garam, dan lemak pada produk makanan olahan maupun makanan siap saji. Hal ini salah satu cara bagaimana pemerintah mengatasi obesitas dan menghindari komplikasi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes mengungkapkan masalah obesitas ini harus melibatkan lintas sektor.

”Sudah ada Perpres tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, kita perlu mengupayakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat sehat dan berdaya guna,” ucapnya.

Obesitas dapat terjadi di semua umur. Obesitas pada anak didiagnostik dengan antropometri melalui penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau tinggi badan, lalu menghitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB dalam meter.

Obesitas pada anak sebenarnya dapat dicegah, hal itu diungkapkan oleh dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Caranya dengan memberi makanan yang sehat mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat yang seimbang. Jangan yang berlebihan dan harus sesuai porsinya.

”Selanjutnya mengurangi konsumsi gula, dan lebih mengutamakan minum air putih dibandingkan minum minuman-minuman kemasan yang mengandung gula yang tinggi. Di samping itu diiringi dengan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, untuk anak bisa dengan cara mengajak bermain,” ucap dr. Winra.

Selain itu, pastikan anak cukup tidur. Untuk anak usia 4-12 bulan setidaknya tidur 12-16 jam, untuk anak usia 1-2 tahun tidur 11-14 jam, untuk anak usia 3-5 tahun tidur 10-13 jam, untuk anak 6-12 tahun tidur 9-12 jam, dan anak remaja usia 13-18 tahun itu tidur 8-10 jam.

”Kalau sudah obesitas yang harus dilakukan adalah perlu pemantauan supaya tidak terjadi komplikasi,” kata dr. Winra. (Pije)