SPAM Batam Bersihkan Eceng Gondok Demi Ketersediaan Air Bersih

eceng gondok waduk batam
SPAM Batam bersihkan eceng gondok di waduk yang menjadi sumber air bersih di Batam. Foto: Humas BP Batam.

AlurNews.com – Badan Usaha Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) BP Batam bersihkan eceng gondok yang tumbuh liar di waduk-waduk yang menjadi sumber air bersih di Batam.

Direktur Badan Usaha SPAM BP Batam Denny Tondano mengatakan pembersihan tumbuhan liar dan eceng gondok terus menjadi perhatian serius Badan Usaha SPAM Batam.

Hal itu mengingat tumbuhan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan air bersih yang berada di beberapa waduk. Denny mengatakan di tahun 2022 lalu luasan waduk yang tertutupi eceng gondok seluas 600 hektar. Namun saat ini sudah tersisa 400 hektar.

Baca juga: Pipa Air SPAM Batam Bocor, Ini Area Terdampak

Denny mengatakan pertumbuhan eceng gondok yang pesat ini karena adanya kegiatan-kegiatan masyarakat seperti keramba ikan. Sebab, sisa dari pakan ikan membuat pertumbuhan eceng gondok semakin subur.

“Atau ada juga sisa-sisa pertanian yang ada di atas (waduk), kemudian dibawa air ngalir ke bawah. Itu semakin (membuat pertumbuhan eceng gondok menjadi) subur juga,” katanya, Kamis (27/4/2023).

Denny mengatakan saat ini ada beberapa waduk yang menjadi perhatian serius pihaknya dalam melakukan pembersihan tanaman ini. Ketiga waduk ini adalah, Waduk Duriangkang, Waduk Tembesi dan Waduk Monggak.

“Dari tiga waduk yang ada eceng gondok ini, semua ada kegiatan masyarakatnya,” kata Denny.

Denny menyebut aktivitas masyarakat di kawasan waduk memang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan eceng gondok. Contohnya seperti Waduk Seiharapan dan Waduk Muka Kuning tidak ada tanaman eceng gondok. Hal ini dikarenakan tidak adanya aktivitas perikanan maupun pertanian.

“Sementara yang ada di Monggak, dulu ada tambak. Kemudian Duriangkang juga ada tambak dan pertanian. Sementara Tembesi ada pertanian di atasnya,” kata dia.

Denny memastikan kecepatan pembersihan waduk saat ini lebih tinggi dari pada kecepatan pertumbuhan eceng gondok itu sendiri.

“Sekarang ini sudah ada satu ekskavator amphibi sedang bekerja dan ditambah dengan harvester,” jelasnya.

Bahkan saat ini juga sudah ada rencana dari salah satu perguruan tinggi untuk mengolah eceng gondok tersebut menjadi kompos. Ia berharap rencana ini bisa segera terealisasi agar penanganan tanaman liar dan eceng gondok ini bisa cepat teratasi.

“Kami bersama-sama tim Ditpam terus lakukan edukasi ke masyarakat. Tetap kita hindarkan upaya-upaya represif untuk menyelesaikan permasalahan ini,” ujarnya. (Pije)