Enni Kurniasih dalam tulisannya blog.kejarcita.id (21/1/2021) membeberkan lima alasan penting Ujian Nasional perlu diganti dengan Asesmen Nasional. Dari lima alasan tersebut, saya ingin mengutipnya dua alasan saja, yakni:
Pertama, rendahnya tingkat kognitif yang dicapai Ujian Nasional. Sehingga membutuhkan konten yang mengarah ke level kognitif lebih tinggi. Dulu, mungkin Ujian Nasional dianggap hal yang tepat. Tapi ternyata yang dibutuhkan saat ini oleh para siswa adalah kemampuan bernalar, bukan penguasaan informasi. Tantangan terhadap penalaran pun jangan sampai membuat para siswa stres di akhir sesi belajar. Hal tersebut harus dikaji ulang pada konteks yang lebih luas yakni perbaikan kultur belajar karena banyak kajian tentang ujian nasional yang membahas perubahan pola belajar siswa. Belajar pun bukan lagi masalah menyelesaikan latihan soal, tetapi juga menyelesaikan masalah yang lebih bervariasi.
Kedua, perlunya perubahan paradigma masyarakat terhadap evaluasi pendidikan. Banyak kalangan yang menganggap bahwa siswa cukup mempelajari materi yang akan diujiankan di UN saja dan menganggap kegiatan lainnya itu bukan prestasi jika nilai UN-nya jelek. Di sinilah tugas guru yang sebenarnya, karena seharusnya selain mengetahui karakter siswanya, guru pun harus menentukan anak tersebut dapat berkembang atau tidak, membutuhkan bimbingan atau tidak.
Menurut Enni Kurniasih, diharapkan dengan alasan perlunya perubahan paradigma masyarakat terhadap evaluasi pendidikan ini dapat mengubah pola pikir masyarakat bahwa belajar itu harus dilakukan sepanjang hayat. Bukan hanya menjelang UN saja. Penting membuat siswa rajin belajar dan menyadari bahwa belajar itu sebuah perjalanan panjang. Itu sebabnya mereka harus diberikan tantangan yang tepat setiap saat sehingga kesehariannya dipenuhi dengan tantangan (blog.kejarcita.id, 21/1/2021).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan dari istilah Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini. Jadi, bukan hanya asal mengubah tanpa tendensi kuat atau tujuan yang jelas.