Hari Mencekam Warga Rempang, Tertembak hingga Sesak Gas Air Mata

Para siswa SMPN 22 Tanjung Kertang mencuci muka untuk menghilangkan gas air mata. Foto: AlurNews.com/Nando

AlurNews.com – Kamis (7/9/2023) menjadi hari yang berbeda bagi warga Kelurahan Rempang Cate, dan Kelurahan Sembulang, Kecamatan Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Sejak pagi, kesan mencekam menyelimuti suasana dimulai dari Jembatan IV Barelang, hingga Simpang Sembulang.

Pada hari itu, hampir sekitar seribu petugas gabungan TNI-POLRI, Ditpam BP Batam, dan Satpol PP bersiaga penuh di ujung Jembatan Sultan Zainal Abidin. Sementara pada sisi lain warga dari 16 titik kampung tua juga melakukan hal yang sama.

Kedatangan gerombolan petugas ini, memiliki fungsi untuk pengamanan pengukuran lahan, dan pemasangan patok lahan, dalam kelanjutan mega proyek Rempang Eco-City yang kini masuk dalam Proyek Strategis Nasional.

Baca Juga: Uba Kecam Tindakan Represif Aparat kepada Warga Rempang

Hal ini mendapat penolakan dari warga, yang terdampak dan terancam direlokasi. Namun hadangan warga tidak terlalu merepotkan bagi petugas, yang dilengkapi dengan peralatan anti huru-hara.

Bentrok kemudian tidak terelakkan, saat petugas merasa perlawanan hingga menyebut adanya serangan yang dilakukan warga. Letusan senjata gas air mata, kemudian terdengar beberapa kali guna membubarkan massa.

Tertembak Saat Berusaha Tahan Petugas

Ridwan (60) korban kena pelru karet. Foto: AlurNews.com/Nando

Kondisi kekacauan yang terjadi setelah gas air mata terlepas, memiliki kesan yang buruk bagi Ridwan (60) warga Desa Pasir Panjang, yang kini mendapat perawatan di rumah saudaranya yang berada di Kota Batam.

Pasalnya sepuluh menit berada dalam kepungan gas air mata, Ridwan kemudian terpaksa harus dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat, akibat luka di bagian kepalanya.

“Sepuluh menit saya dikepung asap sambil menahan petugas yang merangsek masuk. Tiba-tiba kepala saya seperti dihantam sesuatu, setelah mendengar letusan yang saya duga senjata,” terangnya, Jumat (8/9/2023).

Ia menyebut tertembak peluru karet, Ridwan awalnya mengaku pusing hingga menyadari darah mengucur dari kepalanya. Dalam kondisi ini, Ridwan kemudian dievakuasi ke tempat aman oleh beberapa warga lain.

Selama 10 menit ini, Ridwan juga mendengar adanya arahan tangkap terhadap dirinya sebelum letusan diduga senjata terjadi di tengah bentrok antar warga dan petugas.

“Sembari menahan, saya juga sembari menghindar karena ada yang instruksikan tangkap. Di saat inilah kepala saya seperti tertembak peluru karet,” lanjutnya.

Selanjutnya, Ridwan kemudian dilarikan menuju fasilitas kesehatan milik Marinir. Di sana dia kemudian mendapatkan dua belas jahitan di kepala.

Sesak Gas Air Mata Hingga Belasan Siswa Pingsan

Kondisi bertahan dan saling serang yang terjadi sepanjang hari, juga membekas bagi belasan siswa SMPN 22 Tanjung Kertang. Para siswa didik di sekolah ini, juga dilarikan ke berbagai faskes terdekat akibat terlalu banyak menghirup gas air mata.

Pantauan di lokasi, beberapa siswa terlihat dibawa dengan cara digendong oleh warga dikarenakan sudah lemas akibat terpapar gas air mata. Bahkan para petugas Kepolisian juga terlihat berjibaku, dengan menggendong siswa menuju ambulans yang telah bersiaga.

Kepala Sekolah SMPN 22, Muhammad Najib menyampaikan peristiwa ini terjadi sekitar pukul 10.30 WIB. Saat peristiwa ini, seluruh siswa disebut masih menjalani proses belajar mengajar di dalam kelas.

“Tadi asap gas air mata masuk ke sekolah saat masih proses belajar mengejar. Kondisi asap di lapangan sudah seperti tertutup awan,” jelasnya saat ditemui, Kamis (7/9/2023).

Walau demikian, asap gas air mata disebut berasal dari proyektil yang dilepas dan terjatuh sekitar 30 meter dari gerbang sekolah.

Kiptiah (40) warga Pantai Melayu. Foto: AlurNews.com/Nando

Kondisi sesak akibat gas air mata yang dilepas petugas Kepolisian, juga dirasakan Kiptiah (53) warga Kampung Pantai Melayu, yang ditemui, Jumat (8/9/2023).

Awal sebelum terkena gas air mata, Kiptiah mengaku memang dengan sengaja ikut dalam pertahanan yang dilakukan warga tepat di Simpang Pantai Melayu.

Hanya bersifat bertahan, Kiptiah dan warga lainnya mengaku tidak memegang senjata dalam bentuk apapun.

“Kami hanya berdiam diri di simpang. Petugas terus bergerak merangsek ke arah Sembulang. Tapi kami dihadiahi peluru gas air mata,” sesalnya.

Mengaku sangat sesak, setelah terkena gas tersebut mata kiptiah kemudian memerah dan hingga saat ini masih terlihat bengkak dan memerah.

“Hingga saat ini mata saya masih memerah dan sedikit perih,” paparnya.

Bahkan apa yang dirasakan olehnya malam tadi hingga kini masih menyisakan ras trauma.

“Saya masih merasa trauma bang,” ucapnya lirih. (Nando)