Kepala DBM-SDA Beberkan Pemicu Banjir di Batam: Tata Guna Lahan dan Kapasitas Daya Tampung

Kepala DBM-SDA Batam, Suhar. (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Beberapa hari belakangan, intensitas hujan yang mengguyur Kota Batam, Kepulauan Riau, sangat tinggi. Akibatnya, beberapa daerah tergenang banjir.

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM-SDA) Batam, Suhar, mengakui hal tersebut. Ia menyebut bahwa beberapa faktor jadi pemicu banjir terjadi.

“Fakta di lapangan yang kami identifikasi, penyebabnya adalah cepatnya perubahan tata guna lahan yang dulunya daerah resapan jadi daerah terbangun,” kata dia, Jumat (8/12/2023).

Menurutnya, jika di daerah resapan itu air limpasannya sedikit. Tidak semua air hujan menjadi air permukaan. Pihaknya pun tak berkelit bahwa banjir disebabkan juga akan daya tampung saluran yang sudah tak mampu menampung debit air.

“Kinerja drainase tidak semuanya maksimal. Ada juga beberapa memang persoalan utilitas di dalam saluran yang mengganggu aliran,” kata Suhar.

Di samping itu, tipikal wilayah Batam ini beda elevasi pasang tertinggi dengan daratan tidak jauh. Rata-rata, wilayah seperti Jodoh dan Nagoya adalah kawasan yang dibentuk dari hasil reklamasi.

“Beda reklamasinya 3-4 meter dari air pasang. Air pasang memengaruhi kecepatan membuang air dari gravitasi drainase. Bengkong, Marina, Sagulung, Batuaji, itu berpengaruh,” katanya.

Suhar melihat, bahwa solusi pengentasan masalah banjir harus komprehensif dan tidak serta merta dengan solusi teknis semata. Solusi komprehensif yang dimaksud mulai dari pendekatan kebijakan sampai ke teknis. Hal itu harus berjalan bersama.

“Sedapat mungkin kami bisa mempertahankan daerah resapan yang masih tersisa. Paling tidak mengurangi air limpasan,” kata dia.

Kemudian, ia juga melihat dari segi sinkronisasi perizinan tata guna lahan. Sisi kebijakan ini terkait semua stakeholder harus memikirkan itu.

“Di Batam ini, kebutuhan lahan sangat tinggi. Beberapa daerah resapan dikomersilkan untuk pengembangan hunian. Kita menyadari juga jumlah luas lahan tetap, namun penduduk bertambah. Tapi sedapat mungkin kita mendorong daerah resapan tetap dipertahankan,” ujar Suhar.

Mantan Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Batam itu, menambahkan, secara teknis akan melihat kondisi exiting saluran sekunder, lokal dan tersier. Yang belum selesai akan dikonektingkan. Sementara saluran utama ada beberapa saja yang belum rampung.

Menurut dia, tak mungkin jika saluran yang ada dilebarkan. Menaikkan kontur atau level tanah juga tidak memungkinkan. Meski demikan, secara cepat harus ada upaya dengan intervensi teknologi yakni dengan menggunakan sistem pompa.

“Ke depan kami lihat tidak ada obatnya selain dengan itu (sistem pompa). Makanya sebisa mungkin masalah ini kami selesaikan atau setidaknya kami minimalisir, tentunya dengan dibantu seluruh pihak,” tutup Suhar. (Arjuna)