Menang Telak Suara Elektoral, Nani Afrida Perempuan Kedua Pimpin AJI Indonesia

Pengurus AJI Batam mengikuti Kongres XII AJI di Palembang, Sumatera Selatan. (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Meraih 90 suara elektoral dari total 217 suara elektoral dalam Kongres XII Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Nani Afriadi menjadi perempuan kedua yang kini menjabat sebagai Ketua AJI Indonesia masa kepemimpinan tahun 2024-2027.

Berpasangan dengan Bayu Wardhana sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend), terpilih. Pasangan Nani-Bayu memiliki visi misi utama mengenai kesejahteraan jurnalis, dan kemerdekaan pers yang lebih baik yang dipaparkan dalam kongres XII AJI.

“Saya juga mengucapkan terimakasih kepada 40 AJI Kota yang tersebar di Indonesia. Atas partisipasinya mengikuti Kongres, baik yang hadir langsung dan yang melalui daring,” sebut perempuan yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Bidang Gender, Anak, dan Kelompok Marjinal AJI Indonesia, Senin (6/5/2024) dinihari.

Tidak hanya itu, dalam tahap awal pasangan Nani-Bayu akan mencoba kembali memperkuat keorganisasian seluruh AJI Kota. Untuk mewujudkan kemandirian, yang berkaitan dengan profesionalisme para anggota AJI di seluruh Indonesia.

“Kita perlu kembali guyub dalam merealisasikan penguatan organisasi yang akan kami susun bersama dengan pengurus terpilih,” lanjutnya.

Selain itu, isu kemerdekaan dan kebebasan pers juga menjadi perhatian penting bagi pasangan tersebut. Dengan beberapa strategi tertentu mulai dari sektor pendidikan pers, hingga diplomasi guna memperkuat posisi AJI dengan menggandeng Dewan Pers, dan kelompok masyarakat sipil.

Kongres XII AJI yang digelar di Palembang, Sumatera Selatan dari 3-5 Mei 2024. Turut menyoroti isu intimidasi yang saat ini masif dihadapi oleh jurnalis, terutama saat mengangkat isu lingkungan dengan tema”Menjaga Kebebasan Pers untuk Keadilan Iklim dan Demokrasi”.

Bersempena dengan kongres tersebut, AJI turut memperkuat jaringan organisasi jurnalis untuk kawasan Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja dan, Timor Leste untuk membahas hubungan antara krisis iklim, demokrasi dan kebebasan Pers.

“Tujuannya untuk mempererat solidaritas di tengah kesamaan ancaman internal dan eksternal di masing-masing negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Serangan terhadap pers semakin masif dalam bentuk regulasi yang represif, kekerasan, dan penyensoran,” jelas Mahdi Mahmud, Ketua Panitia Kongres XII AJI.

Menurutnya, intimidasi yang dihadapi jurnalis dalam mengangkat isu lingkungan, dikarenakan isu tersebut berkaitan dengan isu sosial yang menjadi dampak negatif. Dari masifnya penambangan dan investasi yang tidak memikirkan masyarakat tempatan atau masyarakat adat.

Hal ini juga didorong oleh kebijakan yang tidak pro terhadap masyarakat, yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan. Kondisi inilah yang sebenarnya menjadi poin utama bagi jurnalis, dalam mengabarkan dan menggambarkan mengenai kondisi masyarakat terdampak.

“Namun dalam prakteknya, jurnalis kerap mengalami pelecehan, intimidasi, dan ancaman karena pemberitaan mereka dianggap meresahkan. Ancaman tersebut tidak hanya sekadar ancaman verbal, tapi juga melalui berbagai peraturan dan ancaman pembunuhan,” ujarnya. (Nando)