Pedagang Sayur di Natuna Mengeluh Mobil Sembako Tidak Diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjunguban

Pedagang sayur di Natuna keluhkan mobil pengangkut sembako dari Tanjunguban ke Natuna tak bisa diangkut naik kapal Roro. (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Pedagang sayur di Pasar Baru Ranai, Natuna mengeluh akibat sembako yang dikirim dari Tanjunguban di Kabupaten Bintan menggunakan kapal Ro-Ro KMP Bahtera Nusantara 01 tidak diberangkatkan pada Minggu 12/5 lalu.

Padahal, mobil pikap yang membawa sejumlah kebutuhan pokok itu sudah mengantre beberapa jam di Pelabuhan Roro Tanjunguban, Bintan sebelum kapal berangkat.

Hingga KMP Bahtera Nusantara 01 lepas tali, mobil pikap yang dibawa Ade, sopir pikap sembako tujuan Penagi, Natuna itu pun tidak berangkat.

“Kami sudah ngantre sekitar dua jam sebelum kapal berangkat,” kata Ade melalui sambungan telepon di Tanjungpinang, Rabu (15/5/2024).

Ade sangat menyesalkan kebijakan pihak PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (ASDP) (Persero) dan Pelabuhan Ro-Ro Tanjung Uban, sebab lebih mengakomodir kendaraan truk kosong yang diduga milik perusahaan pasir kuarsa yang tengah beroperasi di Natuna.

“Harusnya kan kami yang membawa sembako untuk masyarakat Natuna harus diutamakan lebih dulu, sebab sembako ini untuk masyarakat,” cetus Ade.

Bahkan, kata dia, sembako yang dibawa akan busuk jika harus menunggu satu putaran kapal KMP Bahtera Nusantara 01 berikutnya dengan tujuan Tanjunguban-Penagi.

“Yang saya bawa ini berupa sayur mayur seperti, bunga kol, brokoli, wortel, tomat, ini bisa busuk,” ujarnya.

Kejadian ini juga dibenarkan Tupang, pedagang Pasar Baru Ranai. Sayur yang dipesan rencananya dikirim menggunakan kapal Ro-Ro malah tidak diberangkatkan.

Ia menjelaskan, kebutuhan sembako itu dimuat dalam mobil pikap dan dibawa oleh Ade sebagai sopir.

“Saya bisa saja mengirim sembako itu menggunakan pesawat, tapi tentu harganya berbeda jauh jika dikirim menggunakan kapal roro yang disubsidi negara itu,” jelasnya.

Bahkan untuk brokoli dan bunga kol yang harga normalnya Rp60 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram bisa naik menjadi Rp100 ribu per kilogram.

“Jika harganya sampai segitu, tentu akan dikeluhkan masyarakat bang,” katanya.

Akibat kejadian tersebut, Tupang terancam bakal mengalami rugi hingga puluhan juta rupiah.

“Satu pikap yang tertinggal, nilainya sekitar Rp35 juta,” ucapnya.

Ia berharap, kedepannya pihak ASDP dan Pelabuhan Ro-Ro Tanjung Uban dapat lebih memprioritaskan kepentingan orang banyak seperti, mobil pikap atau truk yang membawa sembako.

“Kalau bisa dibagilah prioritas untuk kendaraan sembako itu, jangan semuanya truk perusahaan yang diutamakan,” imbuhnya.

“Ro-Ro kan untuk subsidi masyarakat, masa iya perusahaan yang lebih diprioritaskan,” tambahnya. (Fadli)