Perempuan Tangguh Rempang, Tetap Berjuang Menolak Relokasi

Siti Hawa (70) didampingi kuasa hukum saat memberi keterangan setelah menyelesaikan laporan Polisi di Polsek Galang, Kamis (19/9/2024). (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Siti Hawa seorang wanita lansia berusia 70 tahun, tetap berdiri tegar walau kini harus menggunakan arm sling, atau penyangga lengan. Setelah terlibat bentrok dengan belasan Orang Tidak Dikenal (OTK), yang dilaporkan melakukan penganiayaan di kawasan Kampung Sungai Buluh, tepatnya di area jalan masuk kawasan Goba, Rabu (18/9/2024) kemarin.

Tulang rapuh wanita pemilik rumah makan ini, menjadi sasaran pukul salah satu pria yang terlihat tengah menganiaya salah satu pemuda dari Kampung Sembulang. Saat itu, pemuda yang hendak diselamatkan Siti Hawa sudah dalam posisi hendak dikeroyok oleh beberapa pria.

Walau telat tiba di lokasi, Siti Hawa yang melihat situasi ini spontan langsung berlari, dan memasang badan bagi pemuda yang dimaksud. Bukannya mereda, salah satu pria langsung menghantam Siti Hawa dengan sekuat tenaga.

Tidak hanya Siti Hawa, dalam bentrok yang terjadi kemarin sebanyak tiga warga menjadi korban. Diantaranya Bakir (51), yang menderita sobek di kepala karena dipukul dengan helm. Siti Hawa (70), yang mengalami patah pada bagian tangan akibat pemukulan yang dilakukan salah satu pria. Serta, Samsudar (55), yang lebam di wajah karena ditonjok.

“Dia hentak kuat, kuat tangan dia. Dia nak mukul anak itu, jangan kata nenek spontan tangan masuk mau halangi. Seperti karate, kalau batu udah pecah itu. Orang dah ramai, anak kami itu yang mau dipukul juga badannya kecil,” ujar Siti Hawa ditemui setelah menyelesaikan laporannya di Polsek Galang, Kamis (19/9/2024).

Siti Hawa tidak menyangka, niat ingin melindungi salah satu warga kampungnya. Kini berbalik menjadi cidera yang menyulitkannya untuk berkegiatan.

Sebelum peristiwa ini terjadi, Nek Siti Hawa panggilannya bercerita sedang memasak untuk warga di Pos Simpang Dapur 6 Sembulang Hulu. Siti Hawa dikenal sebagai pemilik warung makan di Kampung Sembulang Hulu.

Tepat pukul 10.00 WIB, Kamis (19/9/2024) pagi, saat tengah mengaduk masakan. Siti Hawa dikabari salah satu tetangganya mengenai kedatangan belasan pria ke kawasan Goba.

Meninggalkan masakannya, Siti Hawa yang tiba di lokasi dikejutkan tindakan agresif sejumlah pria yang tiba-tiba datang menggunakan sepeda motor ke wilayah kampung. Turun dari kendaraannya, para pria ini disebut langsung berniat menimbulkan kekacauan.

“Dia orang datang, turun dari motor tidak ada basa-basi langsung serang dia semua,” lanjutnya.

Sebelum bentrok pecah, awalnya hanya hanya 4 orang pria yang ingin masuk ke area kebun di kawasan Goba. Kedatangan mereka langsung mendapat pertanyaan warga sekitar, yang mengetahui bahwa ladang yang dimaksud dikelola oleh salah satu warga.

Dari keempat pria ini, salah satunya terlihat mengambil visual menggunakan kamera handphone. Hal ini lantas ditiru oleh istri dari Bakir (51) salah satu korban penganiayaan yang menderita sobek di kepala karena dipukul dengan helm.

Namun tindakan istri salah satu korban, direspon dengan bentakan dan kata makian yang terlontar dari para pria tersebut.

“Dia meniru mereka ambil video juga, namun dimaki dengan kata kasar oleh mereka. Sampailah akhirnya ramai, mereka datang lagi begitu juga warga,” ujarnya.

Sebelum situasi makin memanas, beberapa ibu-ibu yang berada di lokasi juga disebut disibukkan dengan bersiap mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Hal ini dianggap perlu, karena warga melihat beberapa pria membawa senjata tajam.

Hingga akhirnya warga melihat ada petugas polisi di lokasi kejadian. Para ibu-ibu ini meminta agar senjata tajam yang dibawa dapat diamankan.

Namun, Siti Hawa malah mengaku kesal dengan kehadiran para personil aparat keamanan ini. Pasalnya aparat keamanan yang ada, disebut tidak berbuat banyak disaat melihat warga sudah dianiaya, hingga berdarah akibat terkena pukulan helm.

“Tengok aja semalam itu orang dah berdarah, tak ditangkap polisi kan. Coba aja warga yang berdarahkan orang, langsung ditangkap dia,” jelasnya sembari memegangi tangan yang mulai menimbulkan rasa perih.

Momen setelah mendapat hantaman keras pada tulangnya yang mulai rapuh, Nek Siti Hawa langsung dievakuasi warga menuju lokasi aman. Disana, Siti Hawa hanya bisa mengerang kesakitan hingga terpaksa dibawa menuju Rumah Sakit.

“Sudah hampir pingsan, beruntung di bawa warga dan dibantu Tim Advokasi langsung menuju Rumah Sakit,” jelasnya.

Sebagai wanita yang telah menginjak usia 70 tahun, Siti Hawa menyadari apa yang dilakukannya dapat berakibat buruk. Namun hal ini dianggap semata-mata hanya untuk mempertahankan, kampung tempatnya dilahirkan, dari ancaman Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

PSN Rempang Eco-City, menjadi momok yang menakutkan bagi warga dari 16 titik Kampung Tua di Pulau Rempang Batam. Pasalnya guna merealisasikan PSN, Pemerintah meminta warga agar mengosongkan seluruh Kampung yang sudah ada sebelum Kota Batam terbentuk.

Paska PSN Rempang Eco-City, disahkan Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 78 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam rangka Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Nasional.

Dalam perjalanannya, PT Makmur Elok Graha (MEG), kemudian hadir dan ditunjuk sebagai adalah pengelola di kawasan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Pembangunan PSN Eco-City kemudian dibagi beberapa tahap, tahap awal adalah proyek kawasan industri terpadu, yang menggandeng Xinyi Internasional Invesment Limited, untuk pengembangan beberapa kawasan industri.

Tahap awal ini akan mengorbankan lima kampung tua atau dikenal dengan kampung adat, dikarenakan membutuhkan area hingga 2.300 hektar.

“Patah pun tangan nenek, menolak untuk meninggalkan kampung tak surut. Kami tetap menolak relokasi,” tegas Siti Hawa.

Identitas mengenai kelompok pria ini, kemudian dikonfirmasi Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait, yang berhasil dihubungi melalui aplikasi pesan singkat, Rabu (18/9/2024) malam.

Dalam penjelasannya, mereka yang terekam merupakan bagian tim relawan dan petugas PT MEG. Mereka disebut bertujuan melakukan penanaman kembali pada kawasan gundul hutan di kawasan Goba, Kampung Sembulang.

“Tim relawan MEG yang sedang melakukan penanaman kembali di kawasan hutan gundul akibat usaha ilegal tiba-tiba didatangi oleh oknum yang mengatasnakaman warga tempatan,” terangnya.

Atas peristiwa ini, petugas PT MEG dan relawan turut menjadi korban. Pihaknya juga mengaku telah membuat laporan Kepolisian

“Pemukulan dilakukan oleh masyarakat Dapur 6 , dan yang dipukul adalah anak buah dari PT MEG karena dianggap menggarap lahan yg ditinggalkan masyarakat. Laporan polisi sudah ada di polsek Galang,” ujarnya.

Penegasan senada juga dilontarkan, Kanit Reskrim Polsek Galang, Ipda Andika Samudera yang menyebut kelompok yang disebut warga sebagai orang tidak dikenal itu adalah petugas PT Makmur Elok Graha (MEG). Ia menyebut, bentrok itu disebabkan salah paham.

Namun bentrokan itu berhasil dilerai petugas Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, dan personel Polsek Galang yang sedang berpatroli. Saat ini, sejumlah polisi juga masih diturunkan ke lokasi untuk menjaga keamanan.

”Miskomunikasi itu terkait lahan yang sedang dikelola PT MEG. Mereka mengaku lahan sudah dibebaskan dan statusnya milik PT MEG, sedangkan warga mengaku lahan itu milik mereka,” ujarnya.

Hingga berita ini ditulis, Juru Bicara PT MEG, Fernaldi belum memberi respon apapun mengenai permintaan wawancara, ataupun menanggapi pertanyaan yang telah disampaikan melalui aplikasi pesan singkat, dan sambungan telepon. (Nando)