550 Kasus DBD Sepanjang 2024 di Batam, Kecamatan Bengkong Tertinggi

polio tahap 1
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Batam Melda Sari. Foto: AlurNews.com/Roma

AlurNews.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batam sepanjang 2024 sebanyak 550 kasus. Jumlah ini total dari Januari hingga 17 Oktober 2024.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Batam Melda Sari merincikan kasus setiap bulannya.

Januari 29 kasus, Februari 30 kasus, Maret 37 kasus, April 12 kasus, Mei 29 kasus, Juni 50 kasus, Juli 126 kasus, Agustus 112 kasus, September 76 kasus. Dan Okt ober sampai dengan 17 Oktober 49 kasus

“Totalnya sebanyak 550 kasus,” ujar Melda, Sabtu (19/10/2024).

Diakuinya kalau diklasifikasikan berdasarkan Kecamatan, kasus yang terbanyak di Kecamatan Bengkong, yakni mencapai 91 kasus. Kemudian terbanyak kedua adalah Kecamatan Batam Kota sebanyak 89 kasus.

Kasus terbanyak ketiga adalah Kecamatan Sagulung sebanyak 79 kasus. Selanjutnya Kecamatan Sekupang 78 kasus, Kecamatan Batuampar 53 kasus, Kecamatan Batuaji 52 kasus dan Kecamatan Lubukbaja sebanyak 37 kasus.

Selanjutnya Kecamatan Nongsa 34 kasus, Kecamatan Seibeduk 31 kasus. Kecamatan Galang 1 kasus, Belakangpadang 5 kasus

“Yang 0 kasus di Kecamatan Bulang,” kata Melda.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Batam Didi Kusmarjadi mengatakan dalam mendukung hal tersebut pihaknya menerbitkan dan mensosialisasikan Surat Edaran Walikota Batam Nomor 23 Tahun 2024 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus DBD.

Melalui SE tersebut, lanjutnya, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan lonjakan kasus DBD, terutama pada musim hujan.

“Kami juga telah membentuk Jumantik Rumah, Jumantik Perkantoran, dan mengintensifkan pengawasan di tempat-tempat umum melalui SE Wali Kota Batam Nomor 23 Tahun 2024. Ini adalah langkah preventif yang penting untuk memantau penyebaran jentik nyamuk di lingkungan sekitar,” kata Didi.

Dinkes Kota Batam juga menggalakkan Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur serta tambahan tindakan pencegahan lainnya) dan mengkampanyekan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).

“Melalui G1R1J, setiap rumah tangga wajib memiliki satu juru pemantau jentik untuk memastikan tidak ada tempat berkembangbiaknya nyamuk penyebab DBD,” kata dia.

Dengan langkah-langkah antisipatif tersebut, kata dia, diharapkan angka kasus DBD di Batam dapat ditekan dan risiko penyebaran virus dapat diminimalisir. (rul)