Temukan Buaya sampai Wilayah Pemukiman, Warga: Buaya Lepas Lebih dari Lima Ekor

Warga menangkap buaya yang lepas dari penangkaran di Pulau Bulan. (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Warga Pulau Buluh dan beberapa pulau sekitar yang berprofesi sebagai nelayan, meragukan klaim pihak Kepolisian dan PT Perkasa Jagat Karunia (PJK), yang menyebut total buaya lepas berjumlah lima ekor paska insiden jebolnya pagar penangkaran di Pulau Bulan, Senin (13/1/2025) kemarin.

Pernyataan warga didasari adanya temuan buaya yang masuk ke wilayah pemukiman warga, beberapa warga bahkan melihat lebih dari lima ekor buaya besar di sekitar perairan Pulau Buluh, dan ada yang melintasi di kolong pelantar rumah warga.

“Pernyataan lima buaya itu dari mana, jangan asal begitu, kalau makan korban bagaimana siapa yang mau tanggung jawab,” jelas Safet, warga Pulau Buluh saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (16/1/2025).

Tidak hanya di wilayah Pulau Buluh, berdasarkan pengamatan di berbagai platform media sosial, penampakan buaya hampir ke wilayah pemukiman juga dilaporkan di beberapa wilayah lain.

Adapun penampakan buaya yang diduga merupakan buaya penangkaran Pulau Bulan, terpantau di wilayah kampung nelayan di kawasan Pulau Terong, Pulau Mengkadah, Pulau Boyan, dan kawasan Batu Legong.

Safet selaku nelayan Pulau Buluh, bahkan menyebut adanya dugaan pernyataan lima ekor buaya lepas terkesan membela perusahaan. Untuk diketahui, dari beberapa pulau sekitar warga sendiri telah berhasil menemukan dan menangkap 4 ekor buaya lainnya.

“Jangan karena melindungi perusahaan terkesan menutup-nutupi, sampaikan saja jumlah yang sebenarnya. Karena warga di Pulau ini kebanyakan nelayan jadi takut untuk melaut. Sampai hari ini sudah ada total 4 buaya yang ditangkap warga. Kalau dihitung dengan yang sebelumnya, sudah total tujuh ekor berarti,” ujarnya.

Sejak lepasnya buaya di Pulau Bulan, mayoritas nelayan dari beberapa pulau sekitar menyatakan kekhawatirannya untuk kembali melaut.

Untuk itu, pihaknya meminta perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut untuk bertanggung jawab atas keberadaan buaya yang dianggap mengganggu aktivitas sehari-hari.

“Sebelumnya kami tidak pernah merasa takut melaut, tapi sekarang setelah buaya banyak terlihat, kami sangat khawatir. Kalau hal ini dibiarkan, bisa berbahaya untuk nelayan,” jelasnya. (Nando)