
AlurNews.com – Kenaikan harga jual santan kembali menjadi temuan di momen Ramadhan 2025. Hal ini menjadi temuan Komisi II DPRD Batam saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Mitra Raya, Batam Center, Selasa (4/3/2025).
Ketua Komisi II DPRD Batam, Yunus Muda menyebut berdasarkan laporan dan pantauan lapangan, kenaikan harga santan yang cukup signifikan ini dikarenakan kendala pada stok komoditi kelapa.
Adapun harga jual saat ini yang mengalami kenaikan, dikarenakan pemasok kelapa yang didatangkan dari wilayah Tembilahan dan Kuala Tungkal, Riau. Kini lebih memilih untuk menjual kelapa ke Singapura dan Malaysia.
“Di sinilah perlu peran pemerintah, paling tidak pemerintah harus memastikan kebutuhan dalam negeri terpenuhi sebelum ekspor,” jelasnya.
Yunus juga mendorong pemerintah memanfaatkan pulau-pulau di sekitar Batam untuk budidaya kelapa guna mengurangi ketergantungan pasokan dari luar.
“Tergantung nanti dari pemerintah, pulau-pulau itu kita tanami saja kelapa semua, karena ini menjadi persoalan,” ujarnya.
Selain santan, pihaknya turut menyoroti ketergantungan Batam pada telur dan komoditi sayur yang didatangkan dari Medan, Sumatera Utara.
Pihaknya mendorong adanya kerja sama dengan daerah penghasil untuk memastikan pasokan tetap stabil.
“Kita perlu MoU agar pasokan tetap aman sehingga ada kepastian, contohnya telur kalau Medan stop, kita di Batam kena juga. Makanya perlu kerjasama dengan berbagai pihak termasuk kadin dan pelaku usaha,” jelasnya.
Sementara itu, pedagang santan di pasar Mitra Raya, Jumri mengaku kesulitan mendapatkan kelapa. Ketika ingin mengambil kelapa dari petani dari Kuala Tungkal dan Tembilahan, stok seringkali kosong
“Kami ke sana ngambil sendiri, seringkali barangnya tak ada,” ujarnya.
Ia juga menduga kurangnya stok kelapa karena adanya ekspor yang dilakukan oleh produsen kelapa. “Kebanyakan ekspor sekarang. Saking banyaknya, sama kulit kulitnya diekspor pakai kapal,” ujarnya.
Menurutnya saat ini harga santan murni mencapai Rp46 ribu per kilogram, dan harga santan campuran (dicampur air) Rp23 ribu per kilogram.
Pada hari biasa, dalam sehari pihaknya bisa menghabiskan 500 hingga 600 kg kelapa. Sementara pada momen hari besar diprediksi bisa mencapai 900 kg hingga 1 ton.
“Tapi sekarang sehari hanya terjual 400 sampai 450 kg. Soalnya kami juga punya langganan rumah makan, bukan di pasar saja, kadang pembeli mengeluh, kok mahal?,” katanya. (Nando)