Siti Hawa, Kartini Masa Kini dari Rempang, Teguh Berjuang di Umur Senja

Siti Hawa, teguh memperjuangkan kampung halamannya meski usianya senja. Foto: AlurNews.com

AlurNews.com – Di usianya yang telah senja, Siti Hawa atau yang kerap dipanggil Nek Awe perempuan berusia 67 tahun tetap berdiri tegak di barisan depan warga dari 16 titik Kampung Tua di Pulau Rempang.

Hingga kini terus melawan dari rencana Pemerintah Pusat yang ingin menjadikan Pulau Rempang sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Proyek yang terus mendapat pertentangan, sejak diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2023 silam. Sejak saat itu, warga telah beberapa kali mengalami bentrok baik dengan Kepolisian, atau dengan perwakilan perusahaan yang menyebabkan korban dari pihak warga.

“Tetap berdiri walaupun harus mati di barisan depan, perjuangkan kampung sampai tuntas. Itu harga mati,” kata Siti Hawa saat ditemui, Senin (21/4/2025).

Saat disinggung mengenai perjuangannya hingga hari ini, Siti Hawa menyebut apa yang dilakukannya saat ini demi kepentingan anak dan cucunya.

Sebagai wanita kelahiran Kampung Sembulang Hulu, Siti Hawa menyebut seluruh keluarga besarnya telah menempati kampung itu jauh sebelum Indonesia dinyatakan merdeka.

Bahkan keberadaan keluarga Siti Hawa dan warga lain di 16 titik Kampung Tua di Pulau Rempang, telah ada sebelum Kota Batam lahir dan Pulau Rempang serta Pulau Galang diminta untuk bergabung dengan Batam.

Dalam perjalanannya mempertahankan kampung, Siti Hawa kerap mendapat tindakan intimidasi hingga pernah ditetapkan sebagai salah satu tersangka dalam dugaan penganiayaan terhadap satu orang pegawai PT Makmur Elok Graha (MEG) selaku pengelola PSN Rempang Eco-City.

“Kalau kami tidak berjuang mati-matian bagaimana nanti nasib cucu kami di kampung ini. Mereka akan kehilangan identitasnya sebagai orang Melayu,” jelasnya.

Salah satu bentuk intimidasi yang membekas, adalah bentrok antara warga dengan puluhan orang diduga pekerja PT MEG, yang menyerang dua titik kampung pada 18 Desember 2024 lalu.

Saat itu, Siti Hawa yang berada di barisan depan saat penyerangan tidak hanya menderita patah tulang di bagian tangan sebelah kanan setelah menahan pukulan kayu dari pihak penyerang.

Namun, Siti Hawa juga harus menjalani pemeriksaan beberapa kali di Polresta Barelang, setelah dituduh merampas kemerdekaan orang lain dan diancam dengan pasal 333 KUHP.

“Itu bentuk tuduhan yang tidak berdasar, nenek dibilang merampas kemerdekaan seseorang dalam bentrok terakhir. Sementara kami sendiri menjadi korban dari tindakan penyerangan mereka,” jelasnya.

Lahir dan besar di Pulau Rempang, Siti Hawa mengingat bagaimana kedamaian di kampung mereka, sebelum datangnya isu investasi yang akan merampas tempat tinggal warga.

Hingga saat ini, Siti Hawa bersama perempuan-perempuan lain di setiap kampung, harus membantu para laki-laki dalam menjaga keamanan kampung dari potensi perebutan wilayah yang dimotori oleh pihak perusahaan.

“Dulu kampung kami ini damai, sebelum datang isu investasi dengan kedok relokasi dan sekarang sebutannya transmigrasi. Dulu laut di tempat ini sangat biru, nenek bahkan senang berenang sampai ke tengah laut. Belum lagi dulu sering cari umang-umang. Namun sekarang nenek bersama perempuan lain di kampung, harus terus berjaga di posko agar kampung kami tidak direbut,” jelasnya.

Dalam perjalananya berjuang mempertahankan kampung, Siti Hawa menghabiskan hari dengan hanya berjualan ayam penyet, untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Pendapatan nya tidak seberapa, tetapi cukup untuk kehidupan sehari-hari.

“Bapak dah tak kerja. Jadi, ini lah yang nenek bisa buat,” ujarnya.

Singgung Pemilu,  Siti Hawa Ingatkan Warga Kampung Dukung Walikota Terpilih

Dalam mempertahankan wilayah kampung nya, warga dari 16 titik Kampung Tua di Pulau Rempang melakukan berbagai upaya. Salah satunya upaya mediasi, hingga memberi dukungan terhadap sosok calon walikota Batam dan Gubernur Kepri yang dianggap merupakan anak Melayu.

Upaya mendukung pemenang Pilkada yang dilakukan masyarakat Rempang, diharapkan dapat menjadi jembatan dan menyampaikan pesan kepada Presiden bahwa warga Rempang menolak seluruh tawaran untuk meninggalkan kampung.

Tidak main-main, dukungan yang diberikan oleh masyarakat Rempang menghantarkan pasangan Amsakar-Li Claudia Chandra memenangkan Pilwakot Batam. Serta menghantarkan pasangan Ansar Ahmad – Nyanyang Haris Pratamura sebagai pemenang dalam Pilgub Kepri.

Untuk diketahui, kedua pasangan ini merupakan pasangan politik yang didukung penuh oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang juga menghantarkan Prabowo Subianto menjadi Presiden RI saat ini.

“Namun sepertinya usaha ini sedikit sia-sia. Mereka yang kami usung sepertinya belum memperdulikan perjuangan kami hingga hari ini,” jelasnya .

Siti Hawa kembali mengingatkan mereka, bahwa perjuangan ini bukan hanya soal mempertahankan tanah. Namun juga mengenai harga diri, keadilan, dan shak untuk tetap hidup di tanah yang telah menjadi saksi sejarah keluarga mereka.

“Tetap berjuang sampai akhir, ini perjuangan untuk anak cucu cicit nenek,” sebutnya. (nando)