98 Persen Potensi Ekonomi Kepri di Sektor Maritim, Uniba Gelar Diskusi Tata Ruang dan Kemaritiman

LPPM dan Fakultas Teknik Uniba menggelar Seminar Nasional ke-3 Tata Ruang Wilayah, Kearifan Lokal dan Kemaritiman. (Foto: AlurNews)

AlurNews com – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), dan Fakultas Teknik Universitas Batam (Uniba) menggelar Seminar Nasional ke-3 Tata Ruang Wilayah, Kearifan Lokal dan Kemaritiman, yang diikuti sekitar 150 peserta terdiri dari offline dan online.

Wakil Rektor I UNIBA, Chablullah Wibisono, menjelaskan pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari 98 persen wilayah Kepulauan Riau (Kepri) yang memiliki potensi namun belum terkelola dengan baik sehingga banyak potensi ekonomi yang belum tergali.

Menurutnya, peran seorang perencana tata ruang berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah. Perencana tata ruang merupakan orang yang memahami secara komprehensif, tak hanya dari segi teknik, tapi juga menyangkut sosial budaya.

“Karena menurut hemat kami orang yang dipilih tidak hanya paham tentang teknik tata ruang tetapi juga mengerti konsep ekonomi, pendidikan, sosial, keamanan. Jadi seorang perencana wilayah orang yang terdepan memahami secara komprehensif,” jelasnya, Senin (26/5/2025).

Ia juga mencontohkan Kota Batam yang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, sehingga sembako dipasok dari luar Batam. Menurutnya untuk menjaga ketahanan pangan Batam seharusnya juga memiliki wilayah yang bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Selain itu, banjir yang sering terjadi saat ini. Hal tersebut terjadi karena hilangnya keseimbangan pada alam. Akibat pembangunan, daerah-daerah resapan sebagian hilang dan tak mampu menampung debit air ketika hujan datang.

“Katakanlah sewaktu-waktu ada kejadian luar biasa, kapal tak bisa masuk ke Batam, masyarakat mau makan apa. Sehingga setidaknya ada lahan untuk agribisnis,” jelasnya

Terkait dalam menggali potensi ekonomi kelautan dan kemaritiman kata Chablullah sudah dia tuangkan dalam penelitiannya “9 Blue Ekonomi”. Di mana di dalamnya memuat potensi ekonomi di wilayah Kepri.

“Hasil-hasil seminar ini akan kita sampaikan ke pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan,” katanya.

Sementara itu, Penanggungjawab LPPM
Yuanita Sidabutar mengatakan, seminar nasional ke 3 ini adalah seminar yang mendukung roadmap prodi magister perencanaan wilayah Universitas Batam. Khusus tahun ini berkolaborasi dengan Program studi Sipil dan Elektro.

“Hasilnya untuk persiapan pergantian roadmap kedepannya Krn untuk saat ini akan berakhir di 2025,” katanya.

Ia melanjutkan seminar ini bertemakan Sinergi Rekayasa Konstruksi, Energi dan Teknologi Berkelanjutan Berbasis Kemaritiman dan Workshop Kurikulum untuk Mendukung Pembelajaran Berbasis Luaran (Outcome Based Education).

“Perencanaan tata ruang merupakan komponen fundamental dalam mengembangkan landscape yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan, Herlina Suciati mengatakan peta penggunaan lahan merupakan alat penting untuk membahas perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya alam.

Undang- undang penataan ruang Tahun 2007 Nomor 26 menyatakan bahwa pemerintah daerah perlu mengembangkan peta penggunaan lahan yang tepat.

Peta tersebut harus mencakup gambaran yang akurat tentang sumber daya alam, situs budaya dan keramat, infrastruktur yang relavan, batas desa, penggunaan lahan, trend perubahaan penggunaan lahan dan memberikan dasar untuk diskusi dimasa depan misalnya perencanaan konservasi partisipatif.

Ia melanjutkan wilayah Kepri memiliki kekayaan Tata Ruang Wilayah, Kearifan Lokal dan Kemaritiman yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.

Memperkuat posisi strategis kewilayahan Kepri yang berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Secara keseluruhan wilayah Kepri yang terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota.

“Kepri dengan luas wilayah sekitar 96 % merupakan kelautan dan sekitar 4% adalah daratan. Kearifan Lokal masyarakat adat Kepulauan Riau yang hidup dari laut yang berhubungan dengan gejala alam, biota laut dan cara pemanfaatan,” katanya.

Perkembangan industri di Kota Batam terus tumbuh, terutama dalam sektor industri, baik dalam industri konstruksi maupun dalam sektor industri teknologi elektronika, serta otomasi industri di kedua bidang tersebut.

Sinergi antara Rekayasa Konstruksi Energi, dan Teknologi Berkelanjutan Berbasis Kemaritiman merujuk pada upaya kolaboratif yang mengintegrasikan tiga sektor penting konstruksi, energi, dan teknologi berkelanjutan dengan fokus pada pemanfaatan potensi kemaritiman.

“Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan solusi yang lebih efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan memanfaatkan keunggulan sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir dan laut,” katanya. (Nando)