AlurNews.com – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyebut kebijakan tarif resiprokal 19 persen, yang diberlakukan Amerika kepada Indonesia dapat menjadi peluang besar bagi produk nasional, dan lebih kompetitif di pasar Amerika.
Budi menyebut sebelumnya daya saing pasar ekspor Indonesia kurang maksimal, dibandingkan dengan negara yang memiliki tarif berbeda dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Dengan tarif setara yang diberlakukan Amerika saat ini, peluang Indonesia untuk merebut pangsa pasar menjadi lebih terbuka.
“Dulu kalau mau ekspor dan bersaing, tarifnya tidak sama. Sekarang tarif sama, kita lebih kompetitif,” jelas Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso dalam kunjungan kerja nya ke Badan Pengusahaan (BP) Batam, Kamis (14/8/2025).
Budi menambahkan, saat ini pemerintah tengah menyusun perjanjian dagang dengan Amerika Serikat yang ditargetkan rampung sebelum September 2025.
Salah satu fokusnya mendorong agar produk-produk Indonesia yang tidak diproduksi di Amerika dapat memperoleh tarif nol persen.
Adapun produk yang dimaksud seperti cokelat, kopi, sabut kelapa (SBU), dan karet berpotensi mendapatkan perlakuan tarif nol persen karena bukan merupakan komoditas utama yang diproduksi di Amerika.
“Kita upayakan agar produk yang tidak diproduksi Amerika bisa masuk tanpa kena tarif resiprokal,” terangnya.
Selain itu, tarif yang bersaing ini juga menguntungkan dengan mendatangkan investasi pada produk manufaktur, dari negara yang memiliki kebijakan ekspor ke Amerika lebih tinggi.
“Kalau sebuah perusahaan ekspor dari China kena tarif lebih tinggi, tapi mereka investasi dan produksi di sini, produknya akan dihitung sebagai produk Indonesia. Ini tentu menguntungkan,” jelasnya. (nando)