
Belajar, Literasi, dan Aksi untuk Rakyat (BERLAYAR) 2025 di Belakangpadang yang diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Riau (Kepri) disambut masyarakat dengan antusias. Misi yang diusung BI Kepri tak main-main, yaitu memperkuat fondasi keuangan ekonomi pesisir di tengah gempuran era digital.
Partahi Fernando Wilbert Sirait
Batam
Angin laut sepoi-sepoi di perairan Sekupang usai hujan ringan, Minggu (16/11/2025) kemarin tidak menghapus senyum simpul Sam, pria berusia 50 tahun pemilik boat pancung. Ia memutar kemudi setelah bertolak dari pelabuhan pancung Sekupang menuju Belakangpadang dengan ruang gembira.
Bagaimana tidak, hari itu Sam tidak perlu menunggu penumpang lagi karena boat pancung miliknya, merupakan salah satu boat yang dibooking oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepulauan Riau untuk menyeberangkan para peserta BERLAYAR 2025 yang dilaksanakan BI Kepri sejak 15-16 November 2025.
Namun orderan ini menjadi satu dari sekian hal yang membuat tersenyum di hari itu, Sam menyebut BERLAYAR 2025 menjadi ajang guyubnya dengan beberapa teman lama dan teman masa mudanya di Kecamatan Belakangpadang.
“Tadi sebelum mengantarkan rombongan ini, aku baru mengantar rombongan warga Belakangpadang. Biasa teman-teman lama yang udah tinggal di Batam. Acara di sana jadi ajang reunian lagi buat aku,” jelas Sam sembari terus memandu boat menuju Pelabuhan Belakangpadang, Minggu (16/11/2025) sore.
Sam menyebut banyak teman sejawatnya yang memilih pindah dan tinggal di Batam untuk mencari penghasilan. Biasanya, ajang silaturahmi secara masif terjadi di momen Idul Fitri.
“Nggak nyangka juga mereka pada pulang, tadi ngobrol sama temanku dia bilang sekalian pulang sambil nemani anaknya menjadi peserta Sunset Run. Sebagian ada yang balik karena mau dukung kawan ikut lomba karaoke. Macam-macam lah,” ujarnya.
Suasana guyub yang diceritakan oleh Sam selama dalam perjalanan, kemudian terasa saat boat milik Sam tiba di Pelabuhan Belakangpadang. Baik warga ataupun peserta yang menggunakan atribut, tampak saling bercengkerama akrab di tiap sudut pelabuhan, bahkan para pengemudi boat turut hanyut dalam suasana guyub yang terlihat di pelabuhan.
Setibanya di lokasi kegiatan yang berada di Lapangan Indra Sakti Belakangpadang, suasana guyub juga terlihat di tiap sudut lokasi. Arena permainan ketangkasan yang dihadirkan BI Kepri, menjadi area paling ramai yang dipenuhi oleh masyarakat Belakangpadang.
Stan-stan permainan dan komedi putar yang berkonsep pasar malam, turut dijajal oleh masyarakat Belakangpadang tidak hanya berlaku bagi anak-anak, kebahagiaan ini turut dinikmati sebagian remaja bahkan orang dewasa.
“Ini pulang ke Belakangpadang karena ramai, sambil nemani anak juga dia main sama kawan-kawan dia kemari,” ujar Jali salah satu warga Belakangpadang yang kini tinggal di Sekupang saat ditemui di lokasi.
Jali menuturkan, memilih menghabiskan akhir pekan di kampung halamannya setelah mengetahui informasi BERLAYAR 2025 dari teman-temannya yang berada di Belakangpadang. Memilih datang sejak sore, Jali dan istrinya sempat menghabiskan waktunya dengan bernostalgia.
Perjalanan akhir pekan keluarga Jali kemudian ditutup dengan mengunjungi pasar malam BERLAYAR 2025, dengan sistem pembayaran Rp1 menggunakan aplikasi QRIS. Hal ini turut menjadi penyemarak dan mengundang warga untuk mencoba berbagai permainan yang ada.
“Tadi sudah puas silahturahmi, ini anak mau main kami puas-puasin selagi ada event begini. Murah juga bayarnya hanya Rp1 pakai QRIS,” jelasnya.
Misi Literasi Keuangan Digital di Tengah Kemeriahan BERLAYAR 2025
Perhelatan BERLAYAR 20 menggandeng puluhan pelaku UMKM kuliner dari kelurahan dan pulau sekitar yang berada di wilayah Kecamatan Belakangpadang. Para pelaku usaha rumahan ini, diminta untuk mengikuti pelatihan pencatatan keuangan dan pemasaran digital dalam rangkaian kegiatan BERLAYAR 2025.
Salah satunya Iin (25) yang mengenalkan produk pempek dan tekwan dari Defiq Berkah, sebuah usaha rumahan yang berpatisipasi dalam BERLAYAR 2025. Sebelum mengikuti rangkaian kegiatan, Iin mengaku hanya memiliki catatan keuangan yang dicantumkan di sebuah buku tulis.

Rangkaian pelatihan yang diikutinya, membuatnya terbantu dalam mencatat keuntungan yang didapatkannya selama berjualan di Belakangpadang. Salah satu keuntungan lain yang didapatkan adalah mempelajari promosi melalui media sosial.
“Biasa hanya pesanan dari beberapa kelurahan sekitar kalau ada acara. Promo di media sosial kadang takut karena belum tahu cara pencatatan yang benar kalau pembayarannya digital. Tapi sekarang sudah bisa dicoba,” jelasnya sembari meladeni pembeli yang mengunjungi stan jualannya.
Terpisah Deputi Kepala Perwakilan BI Kepri, Ardhienus menyebut BERLAYAR dipilih sebagai bentuk penegasan bahwa digitalisasi keuangan bukan hanya milik kota besar, namun juga perlu digalakkan di daerah pulau terluar yang juga wajah Indonesia.
“Kami ingin memastikan masyarakat pulau merasakan manfaat digitalisasi pembayaran secara langsung, mulai dari penggunaan QRIS, perlindungan konsumen hingga pemahaman nilai rupiah,” ujar Ardhienus dalam keterangan tertulisnya.
BI menilai Belakangpadang memiliki potensi lebih dari sekadar destinasi wisata, pulau ini diproyeksikan sebagai simpul aktivitas ekonomi digital perbatasan yang menghubungkan pelaku UMKM dengan jaringan ekonomi regional.
Melalui pemanfaatan pembayaran digital yang semakin luas, UMKM lokal diharapkan lebih mudah menjangkau konsumen, memperbaiki manajemen usaha, dan memperluas pasar.
“Kami berharap Belakangpadang berkembang sebagai ikon baru ekonomi digital perbatasan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat,” jelasnya.
Transformasi digital di Kepulauan Riau terlihat nyata dari data transaksi QRIS. Sepanjang 2024, BI Kepri mencatat 33,9 juta transaksi, dan angka ini melonjak hampir dua kali lipat menjadi 64,9 juta transaksi hingga September 2025, dengan nilai mencapai Rp7,7 triliun.
Tidak hanya itu, jumlah pengguna QRIS meningkat pesat dari 530 ribu pengguna pada akhir 2024 meningkat menjadi 952 ribu orang per September 2025. Konektivitas pembayaran lintas negara juga berkembang seiring perluasan QRIS crossborder ke Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Perluasan digitalisasi turut berkontribusi pada kuatnya ekonomi Kepri. Pada kuartal terbaru, ekonomi provinsi ini tumbuh 7,48 persen, sementara inflasi tetap terkendali di 3,01 persen (yoy) pada Oktober 2025, didukung program stabilisasi pangan yang digerakkan BI bersama TP2ED dan TPID.
“Digitalisasi terbukti menjadi motor penggerak ekonomi daerah, termasuk di pulau-pulau kecil,” jelas Ardhienus. (*)
















