
AlurNews.com – Provinsi Kepulauan Riau menjadi salah satu daerah dengan penyelenggaraan World Antimicrobial Awareness Week (WAAW) 2025 terbesar di Indonesia. Peringatan yang digelar Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Batam untuk wilayah Kepri itu berlangsung di Aula Wan Seri Beni, Dompak, Tanjungpinang, Kamis (20/11/2025).
WAAW merupakan kampanye global tahunan yang dicanangkan WHO untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya resistensi antimikroba (AMR). Ancaman kesehatan global ini menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahun dan terus meningkat akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Kepala Balai POM di Batam, Ully Mandasari, menyampaikan bahwa pelaksanaan WAAW di Kepri termasuk yang paling besar secara nasional.
“Kegiatan ini diikuti lebih kurang 422 peserta luring dan 827 peserta daring dari 20 provinsi sehingga total mencapai sekitar 1.300 peserta. Hal ini menjadikan Kepri sebagai salah satu pelaksana terbesar WAAW 2025 di Indonesia,” ujar Ully, dikutip dari laman resmi Pemprov Kepri.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi tindak lanjut Surat Edaran Gubernur Kepri mengenai pengendalian penggunaan antibiotik, sekaligus memperkuat kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan One Health yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, pangan, dan lingkungan.
Selain seminar, kegiatan juga diisi penandatanganan komitmen bersama pencegahan resistensi antimikroba serta dukungan dari tenaga kesehatan, akademisi, organisasi masyarakat, dan GP Farmasi.
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif BPOM RI, William Adi Teja, menekankan bahwa resistensi antimikroba adalah ancaman serius.
“Lebih dari 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena infeksi yang tidak lagi dapat diobati akibat resistensi. Jika tidak segera mengambil tindakan nyata, angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 10 juta kematian per tahun pada 2050,” ungkapnya.
Ia mengapresiasi komitmen Pemerintah Provinsi Kepri dalam mendorong penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab melalui Surat Edaran Gubernur.
Sementara itu dalam sambutannya, Gubernur Ansar Ahmad menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya WAAW di Kepri dan menegaskan pentingnya pengawasan penggunaan antibiotik maupun obat-obatan ilegal.
Ia juga menyoroti posisi Kepri yang berada di jalur perdagangan internasional dan rawan peredaran produk impor ilegal.
“Tidak sedikit produk impor ilegal yang beredar tanpa izin edar dan mengandung mikroba berbahaya. Karena itu, kita semua wajib merespon masalah ini bersama-sama,” tegasnya.
Ansar menekankan bahwa pengendalian AMR harus menjadi gerakan kolektif untuk menjaga kesehatan masyarakat sekaligus mendorong daya saing produk dalam negeri.
“Kita ingin menuju Indonesia Emas 2045. Semua persoalan yang menghambat, termasuk penyalahgunaan antibiotik dan peredaran obat ilegal, harus kita atasi secara gotong royong,” kata dia. (red)















