Tips Ramadhan: Begini Jalani Puasa Sehat dengan Kurangi Gula

Ilustrasi Buka Puasa. (Foto: Shutterstock)

AlurNews.com – Umat Muslim di seluruh dunia saat ini menyambut bulan suci Ramadhan. Bulan puasa ini kerap disambut dengan penuh euforia, dengan muncul bazar atau festival jajanan yang tujuannya mendukung kegiatan tersebut selama satu bulan penuh.

Seorang penulis dan pelatih fitnes, Sylvie Eberena, mencoba memberi perhatian khusus di bagian kesehatan selama bulan ini. Ia merasa khawatir melihat perilaku sebagian orang tidak sesuai dengan Bulan Suci yang identik dengan menahan nafsu.

“Sebagian orang terlalu banyak makan makanan yang salah, membuang-buang uang dan menghabiskan terlalu banyak waktu di dapur. Semuanya terjadi pada saat kita seharusnya menunjukkan rasa terima kasih, meninggalkan materi dan mengingatkan diri kita sendiri bagaimana kehidupan masyarakat yang paling miskin,” ujarnya dikutip dari Republika.co.id, Selasa (7/3/2023).

Pilihan buruk ini disebut dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan, energi dan produktivitas. Bahkan, pilihan buruk tersebut dapat menghalangi umat Islam menunaikan ibadah dan tanggung jawab mereka sehari-hari.

“Saya merasa ada kebutuhan nyata untuk kembali ke dasar dan memprioritaskan kesederhanaan dan menahan nafsu, sebagai tradisi Islam. Dua elemen yang berguna dan bermanfaat dalam banyak hal,” lanjut dia.

Eberena menyebut, kehidupan modern menjadi kontradiksi langsung dengan keadaan alam prima, yang memungkinkan seseorang mencapai kesehatan mental dan fisik yang optimal. Masalah ini sangat besar, sehingga tidak dapat diatasi hanya selama Ramadhan.

Meski demikian, ia menilai Ramadhan adalah momen yang baik untuk meningkatkan kesadaran akan hal tersebut. Pola hidup yang dijalani selama bulan ini juga dapat digunakan sebagai batu loncatan, menuju gaya hidup yang lebih sehat dalam jangka panjang.

Ia ingin orang-orang menyadari bahwa kesehatan yang baik bukan hanya tentang apa yang dimakan, tetapi juga tentang memahami bagaimana seharusnya tubuh berfungsi, serta menemukan keseimbangan antara kemajuan dalam hidup dan fisiologi.

“Berhenti mengonsumsi gula adalah salah satu cara cepat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Banyak orang tahu gula adalah musuh kesehatan masyarakat, tetapi ironisnya, mereka sepertinya melupakannya selama Ramadhan,” kata Eberena.

Jika melihat meja makan selama buka puasa dan bahan makanan yang dipromosikan supermarket selama Ramadhan, terlihat ada banyak makanan manis seperti kue kering dan minuman manis.

Ia menyebut, fokus yang ada tampaknya kurang pada bulan atau momen puasanya dan lebih pada hari raya, yang tentunya bukan maksud atau pesan di balik Ramadhan. Apalagi, konsumsi gula yang meningkat ini menjadi alasan utama banyak orang merasa sulit berpuasa.

“Peningkatan konsumsi gula meningkatkan rasa lapar, mengidam dan kelelahan. Ini melemahkan sistem kekebalan, mengurangi kemampuan untuk pulih, mengganggu tidur dan membuat puasa lebih sulit untuk diatasi,” ucap dia.

Ia juga mengatakan gula paling berbahaya jika dikonsumsi saat sahur. Kondisi ini dapat menyebabkan puncak insulin dan diikuti oleh hipoglikemia, yang membuat seseorang merasa lemah, mudah lapar dan kurang produktif.

Karena itu, menghindari konsumsi gula selama Ramadhan harus menjadi poin yang tidak bisa dinegosiasikan. Menurutnya, ini bukan hanya tentang bagaimana pola ini dapat mempengaruhi kesehatan dalam jangka menengah hingga panjang. Gula memiliki efek negatif langsung pada semua sensasi dan bisa berlangsung berjam-jam setelahnya.

Lebih buruk lagi, semakin lelah dan frustrasi yang dirasakan di siang hari, semakin besar kemungkinan keinginan untuk menghadiahi diri sendiri dengan makanan manis yang menenangkan setelah berbuka puasa. Eberena menyebut hal ini sebagai sebuah lingkaran setan yang tak berhenti.

“Inilah mengapa saya mendorong orang menghindari gula selama Ramadhan, termasuk minuman panas bergula, kue kering, jus dan soda, ditambah sirup dan buah-buahan kering,” ujar dia.

Wanita yang juga hobi menulis artikel blog ini menyebut semua makanan tersebut bisa menunggu hingga Lebaran. Selama puasa, gula bisa diganti dengan pilihan yang lebih sehat, seperti buah-buahan segar, cokelat hitam, dan kacang-kacangan. Camilan-cemilan yang ia sebutkan itu dapat membantu mengekang nafsu makan dan meningkatkan kualitas tidur, sambil menyediakan gizi yang baik bagi tubuh. (ib)