AlurNews.com – Sudah masuk tiga hari bahkan lebih suplai air bersih di Kota Batam, Kepulauan Riau, mati. Tak sedikit daerah yang terdampak, mulai dari Batam Center, Sei Panas, hingga Nagoya.
Penyebab matinya aliran air dipicu karena kerusakan atau kebocoran pipa dikarenakan pengerukan tanah oleh alat berat dari proyek pelebaran jalan. Suplai air terhenti di beberapa titik lokasi, meliputi dari tempat-tempat usaha sampai ke pemukiman warga.
Ketua Komisi II DPRD Batam, Putra Yustisi Respaty mengatakan air itu adalah kebutuhan dasar manusia, sehingga jika kebutuhan ini terhambat akan berakibat pada terganggunya kehidupan sehari-hari masyarakat
Baca Juga: Warga Bukit Raya Numpang Cuci Piring dan Baju di Kantor Pengelola Air Batam
“Rutinitas terganggu dan usaha juga terganggu,” ujar dia, Senin (4/12/2023).
Ia minta kepada konsorsium air bersih mulai dari BP Batam sampai kepada perusahaan pengelola; ABH-ABI, untuk bertanggungjawab atas permasalahan itu. Peristiwa seperti demikian bukan juga kali pertama terjadi, melainkan untuk yang kesekian kalinya.
Kerusakan pipa memang tak luput dari pekerjaan atau proyek pelebaran jalan atau yang lain sebagainya. Untuk itu, Putra mempertanyakan bagaimana koordinasi antara pekerja proyek dan BP Batam.
“Apakah pihak pekerja proyek atau kontraktor tak berkoordinasi dengan BP Batam terkait di mana lokasi pipa? Harusnya sebuah perencanaan dalam kegiatan itu dimatangkan dengan baik. Wajib ada koordinasi dan pencegahan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Politisi PDI-P itu.
Soal bantuan air bersih yang disalurkan pun menurut Putra tak tercukupi dan terakomidir. “Kalau hanya bantuan air bersih, itu tak tercukupi dan terakomidir. Itu juga belum tentu teraliri ke semua, salah satunya di dapil saya,” lanjutnya.
Tak cuma itu saja, dia juga heran dengan respons dari pihak konsorsium air bersih terhadap aduan dari masyarakat. Ia menilai tindakan SPAM Batam lamban dalam penanganan masalah.
“Harusnya yang namanya pelayanan, kita membayar dan kita diberikan pelayanan yang baik, dong. Jangan menganggap sepele. Masyarakat membayar, perusahaan berbisnis, tapi pikirkan juga rakyat kalau sudah begini. Bukan hanya dari sisi bisnis saja, tapi kemanusiaan juga,” tegasnya.
Ia meminta kepada pihak terkait agar memberikan solusi terbaik ke pelanggan. Dalam artian, silahkan untuk berbisnis tapi tetap memikirkan dan mengedepankan hak yang harusnya didapat rakyat.
“Berilah solusi yang memang walaupun hanya sedikit tapi membantu masyarakat dalam krisis air. Pelayanan juga wajib ditingkatkan,” kata dia. (Arjuna)