Konflik Memanas di Rempang: Intimidasi dan Perlawanan Warga Semakin Intens

Warga Rempang pasang spanduk aksi penolakan relokasi untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City, Sabtu (31/8/2024). (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau nyaris bentrok dengan personel Ditpam BP Batam, Sabtu (31/8/2024) pagi saat kembali menggelar aksi penolakan relokasi untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Hal lain yang hampir menyebabkan gesekan antara warga dan personel Ditpam BP Batam disebabkan niat mendirikan posko bagi tim terpadu, yang hendak dibangun di area Simpang Dapur 6, Sembulang Hulu.

Salah satu warga Sembulang Hulu, Wadi menjelaskan permasalahan berawal dari warga beberapa kampung tua di Rempang, yang berhasil menduduki kembali pos Dapur 6, Jumat (30/8/2024) sore.

Wadi menyebut kurun waktu satu tahun belakangan, pos yang awalnya dibangun warga sebagai titik penjemputan bagi anak sekolah. Kini ditempati oleh tim terpadu, dan digunakan sebagai posko untuk berjaga paska Pulau Rempang ditetapkan sebagai area Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

“Kami sudah jengah, pos yang dibangun warga bersama-sama untuk anak-anak sekolah setahun sudah ditempati oleh mereka, setelah mereka telah menguasai bus antar jemput bagi anak sekolah di kampung ini,” sesal Wadi yang berhasil dihubungi, Sabtu (31/8/2024).

Satu hari setelah berhasil menduduki pos yang dimaksud, personil Ditpam yang sebelumnya telah pergi. Kembali datang dengan niat, ingin mendirikan posko dengan alasan pengamanan Pilkada.

Jarak posko yang akan dibangun, hanya berada tepat di seberang pos yang kini digunakan warga untuk berjaga.

Tidak terima dengan niat personil Ditpam, warga kembali beradu argumen dengan para petugas di lokasi. Tensi dalam perdebatan ini juga sempat meningkat, hingga hadirnya personil TNI-Polri.

“Sudah sempat meninggi tensi nya, namun dilerai oleh personil TNI-Polri yang datang ke lokasi. Kami ini sudah capek diintimidasi, pos bagi anak sekolah direbut dan digunakan buat mereka yang berseragam ini. Salah satu bentuk intimidasi yang sudah setahun lebih ini dialami warga. Fasilitas bagi anak sekolah yang tidak ada sekarang, adalah salah satu contoh lain. Sekarang mau buat pos lebih besar dengan alasan Pilkada,” ujar Wadi.

Disinggung mengenai intimidasi bagi warga, Wadi turut menerangkan adanya rencana pembakaran salah satu gardu listrik bagi warga Kampung Sembulang Hulu, dan Pasir Merah, Jumat (30/8/2024) malam.

Namun sayang, tindakan oknum tak bertanggungjawab ini gagal dikarenakan api yang mulai menjilati gardu berhasil dipadamkan warga. Selain membakar gardu, oknum yang dimaksud juga membakar seluruh spanduk bernada penolakan, yang dipasang warga di area jalan masuk ke masing-masing Kampung.

“Spanduk kami yang menyatakan menolak sudah mulai dibakar mereka. Kini aliran listrik ke kampung kami juga ingin diputus. Walau mendapat intimidasi seperti ini kami tidak gentar,” tegasnya.

Asmaniah salah satu warga lain, turut meminta agar pihak berwenang dapat menindaklanjuti intimidasi yang dialami oleh warga.

Dirinya menyebut warga dapat bertindak nekat, apabila menjadi pihak pertama yang mendapati siapa oknum yang harusnya bertanggungjawab atas upaya pemutusan aliran listrik ke area Kampung.

“Jangan salahkan warga apabila bertindak nekat, kalau kami menjadi pihak pertama yang mendapati siapa pelaku pembakar gardu,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait hingga saat ini belum memberikan komentar apapun terkait peristiwa yang melibatkan personil Ditpam BP Batam. (Nando)