
AlurNews.com – Jumlah keluarga risiko stunting di Kepri mengalami penurunan pada semester I tahun 2024 yaitu 86.449 keluarga, yang sebelumnya pada semester II tahun 2023 sebanyak 108.908 keluarga.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepri Rohina mengatakan hal tersebut berdasarkan hasil pendataan keluarga, pemutakhiran dan verifikasi dan validasi KRS.
Ia menjelaskan BKKBN berkomitmen melakukan pemutakhiran keluarga selama setahun sebanyak 2 kali yaitu melalui verifikasi dan validasi pemutakhiran keluarga beresiko stunting (KRS24) yang memberikan data sasaran keluarga beresiko stunting
“Dan Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PK24). Data hasil PK penting untuk mengukur indikator yang tertuang di RPJMN dan dijabarkan kedalam Rencana Strategis BKKBN,” kata Rohina.
Ia menambahkan pelaksanaan Program Bangga Kencana tahun 2024 telah memasuki semester II, sehingga koordinasi dan percepatan perlu diperkuat, terutama dalam hal penjabaran arah kebijakan dan strategi program tersebut kedalam berbagai kegiatan prioritas di seluruh tingkatan wilayah.
Sasaran strategis dalam indikator kinerja tahun 2024, BKKBN harus mampu menurunnya angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS (15-49 tahun) menjadi 2,18.
Kemudian meningkatkan pemakaian kontrasepsi modern menjadi 45,12 persen; serta memenuhi kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) menjadi 18,90 persen.
Melalui kegiatan Diseminasi Keluarga Beresiko Stunting, menjadi salah satu upaya meningkatkan komitmen, sinergitas dan dukungan pemerintah daerah serta mitra kerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga, khususnya Program Stunting.
Sekretaris Daerah Provinsi Kepri Adi Prihantara mengatakan diseminasi juga tentang kegunaan data dan bagaimana data tersebut bisa bersama-sama dimanfaatkan oleh berbagai lini dalam penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting.
“Dengan harapan nanti bisa saling memberi dan menerima data, masing-masing dapat diolah dan paling penting adalah kebijakan itu untuk intervensi, mencegah agar keluarga tidak stunting, dan yang stunting itu diintervensi agar terbebas dari stunting,” kata Adi.
Hadirkan Rumah Asuh Terintegrasi Atasi Stunting Dari Hulu
BKKBN Kepri menghadirkan Rumah Asuh Terintegrasi sebagai upaya mengatasi persoalan stunting dari hulu. Rohina mengatakan di Rumah Asuh Terintegrasi itu, tersedia layanan kesehatan hingga konseling, mulai dari calon pengantin (catin), bimbingan ibu menuju melahirkan, hingga pola asuh serta pemenuhan gizi pada anak.
“Kami memang tidak hanya mengasuh anak, tapi menyediakan layanan konseling bagi orang mau menikah, catin. Sehingga memang kita, sesuai harapan bapak Kepala BKKBN pusat, kita dapat mencegah dari hulu. Kalau orang itu sudah kena stunting repot juga,” kata Rohina.
Ia menyampaikan Rumah Asuh Terintegrasi merupakan yang pertama di Indonesia sebagai benruk inovasi dari BKKBN Kepri dalam mendukung Indonesia Emas 2045 mendatang.
“Kepala BKKBN pusat mengharapkan kami memiliki inovasi bagaiman mencegah dan menyiapkan dari hulu ke hilir. Inilah yang kami siapkan Rumah Asuh Terintegrasi,” ujar dia.
Rumah asuh itu didirikan di wilayah asrama pekerja industrial di Kota Batam, yang dinilai memiliki angka produktifitas yang cukup tinggi.
Rohina berharap dengan hadirnya Rumah Asuh Terintegrasi dapat menjadi wadah bagi para pekerja yang sudah memiliki anak atau pekerja yang berencana menikah untuk melakukan konseling yang tersedia di rumah itu.
“Tidak hanya mengasuh anak, tapk konseling-konseling lainnya, seperti penyiapkan ibu yanb akan melahirkan, pemberian ASI eksklusif pada anak, kemudian catin,” kata dia.
Pejabat (Plt) Gubernur Kepri, Marlin Agustina mengapresiasi inovasi yang diinisiasi oleh BKKBN Kepri. Meski prosesnya akan berjalan panjang, tetapi program ini merupakan hasil kerja sama yang solid antara berbagai pihak, termasuk kawasan industri dan sektor swasta.
Menurutnya, kolaborasi ini menunjukkan semangat besar untuk mendukung pekerja di Batam, terutama dalam memastikan kesejahteraan anak-anak mereka.
“Jika kita peduli terhadap anak-anak sekarang, saya yakin Indonesia akan memiliki SDM yang luar biasa, terutama di bidang kesehatan, pada 2045 nanti. Rumah asuh ini tidak hanya menyediakan layanan kesehatan, tetapi juga pendidikan, tempat bermain, dan berbagai fasilitas lainnya yang lengkap,” katanya. (Roma)

















