Gerakan Orang Tua Asuh Digencarkan, Tanjungpinang Fokus Turunkan Stunting

Rapat koordinasi penguatan stunting di Tanjungpinang, Kamis (27/11/2025). Foto: Diskominfo Tanjungpinang.

AlurNews.com – Pemerintah Kota Tanjungpinang memperkuat komitmen percepatan penurunan stunting melalui penguatan Gerakan Orang Tua Asuh sebagai strategi kolaboratif yang melibatkan pemerintah daerah, perangkat wilayah, dan mitra kerja.

Penegasan itu mengemuka dalam Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting Kota Tanjungpinang Tahun 2025 yang digelar di Aula Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Kamis (27/11/2025).

Staf Ahli Kemasyarakatan dan SDM Pemko Tanjungpinang, Muhammad Yatim, menekankan bahwa penguatan gerakan orang tua asuh menjadi langkah penting untuk memperluas dukungan terhadap keluarga berisiko stunting. Menurutnya, program ini tidak hanya soal bantuan nutrisi, tetapi juga edukasi, perbaikan sanitasi, dan penguatan layanan dasar bagi keluarga.

“Rakor ini bertujuan menguatkan komitmen dan peran pemerintah daerah serta mitra kerja melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, sekaligus merumuskan rencana kerja dan rencana aksi tingkat kecamatan dan kelurahan,” ujar Yatim, dikutip dari laman resmi Pemko Tanjungpinang.

Ia menambahkan bahwa percepatan penanganan stunting harus memastikan setiap anak di Tanjungpinang memperoleh layanan kesehatan dan perlindungan sosial secara merata. “Kita ingin memastikan tidak ada seorang pun tertinggal dari akses layanan dasar,” katanya.

Dalam paparan data, Kabid Keluarga Berencana Dinkes P2KB, drg. Dewi Andriani, menyampaikan bahwa prevalensi stunting di Tanjungpinang menunjukkan tren penurunan. Pada 2024, jumlah balita yang diukur sebanyak 11.140 anak dengan 332 di antaranya mengalami stunting (2,98%).

Sementara pada 2025, jumlah anak yang diukur meningkat menjadi 11.457 anak, dan angka stunting turun menjadi 330 anak dengan prevalensi 2,88%.

Dewi menjelaskan, penurunan ini tidak terlepas dari intervensi spesifik seperti skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, pemeriksaan rutin ibu hamil, tambahan gizi, imunisasi lengkap, serta pemantauan tumbuh kembang balita. Pemenuhan MPASI bagi bayi usia 6–24 bulan juga menjadi fokus yang terus diperkuat.

Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan ikut terlibat dalam gerakan orang tua asuh agar anak-anak yang masuk kategori stunting maupun berisiko mendapat pendampingan menyeluruh.

“Mari bersama menjadi orang tua asuh bagi balita stunting dan keluarga berisiko dengan memberikan bantuan nutrisi, edukasi, air bersih, sanitasi, serta pemberdayaan keluarga. Dengan dukungan bersama, balita bisa tumbuh sehat, cerdas, dan kuat,” ujar Dewi. (red)