AJI Batam Tekankan Etika Liputan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Etika Liputan Kekerasan Anak
Ketua Bidang Pendidikan Etik dan Profesi AJI Indonesia, Sunudyantoro membuka workshop jurnalistik berperspektif korban perempuan dan anak, Jumat (19/12/2025). Foto: AlurNews.com

AlurNews.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Batam menegaskan pentingnya etika dalam peliputan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui workshop jurnalistik, Jumat (19/12/2025) di Politeknik Negeri Batam. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) AJI Batam 2025.

Ketua Panitia UKJ AJI Batam, Yulitavia, mengatakan workshop ini diikuti 19 peserta UKJ yang terdiri dari jenjang muda, madya dan Utama. UKJ akan dilaksanakan selama dua hari, Sabtu–Minggu (20–21/12/2025) di Hotel PIH Batam.

“Workshop ini menjadi bagian penting dari UKJ karena kompetensi jurnalis tidak hanya soal teknis menulis, tapi juga perspektif dalam melihat korban, terutama perempuan dan anak,” ujar Yulitavia.

Ketua AJI Batam, Yogi Sahputra, menyebut UKJ kali ini merupakan UKJ mandiri kedua yang diselenggarakan AJI Batam. Kegiatan tersebut didukung oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Paradigma Politeknik Negeri Batam yang tidak hanya menyediakan tempat, tetapi juga terlibat sebagai panitia pelaksana.

“Peserta UKJ berasal dari Karimun, Anambas, dan Batam. Semakin berkompeten semakin jaya, semakin paten,” kata Yogi.

Ia menegaskan uji kompetensi bukan sekadar sertifikat, melainkan upaya memperkuat peran pers agar lebih berdaya dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi jurnalistik.

Pembina LPM Paradigma, Eka Mutia Lubis, mengapresiasi kolaborasi dengan AJI Batam. Ia berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut meski terdapat sejumlah kendala birokrasi.

“Terima kasih karena telah dipercaya berkolaborasi. Harapannya kerja sama dengan LPM dan Polibatam bisa terus berlanjut,” ujarnya.

Workshop dibuka oleh Ketua Bidang Pendidikan Etik dan Profesi AJI Indonesia, Sunudyantoro. Ia menegaskan UKJ merupakan tahapan penting yang harus dilalui jurnalis Indonesia sebagai alat ukur profesionalisme dan kepatuhan terhadap kode etik jurnalistik.

“UKJ adalah alat ukur yang membuktikan teman-teman memiliki kemampuan untuk bekerja sebagai jurnalis dan memiliki perspektif yang sesuai kode etik,” kata Sunu.

Ia menambahkan, UKJ AJI Batam merupakan UKJ mandiri kedua yang diselenggarakan AJI Indonesia, setelah sebelumnya digelar di Yogyakarta. Pada tahun-tahun sebelumnya, UKJ AJI banyak didanai oleh Dewan Pers maupun lembaga seperti Kedutaan Besar negara sahabat.

Dalam workshop tersebut, AJI Batam juga menghadirkan pemateri dari Rumah Faye yang tergabung dalam Jaringan Safe Migrant, Kiki. Pada kesempatan itu ia menyoroti masih lemahnya pemberitaan media yang berperspektif korban, khususnya dalam kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

“Masih banyak pemberitaan yang tidak berperspektif korban. Pernah ada kasus anak sudah dibawa ke rumah aman, tapi tetap diliput, tidak disensor wajahnya, bahkan rumah amannya juga ada di pemberitaan. Akibatnya anak tersebut trauma karena viral,” kata Kiki.

Menurutnya, media memiliki peran besar tidak hanya sebagai sarana informasi, tetapi juga edukasi. Pemberitaan yang berperspektif korban dinilai mampu membentuk opini publik agar tidak menyalahkan korban, termasuk dalam isu pakaian atau latar belakang korban.

Data kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Batam juga menjadi perhatian dalam workshop ini. Sepanjang 2024 tercatat 106 kasus, sementara pada 2025 meningkat tajam menjadi 448 kasus.

Sunudyantoro menambahkan, dalam isu kekerasan terhadap perempuan dan anak, pemberitaan media masih minim verifikasi dan keberpihakan terhadap korban.

“Secara jurnalistik memang benar mendatangi lokasi dan memberitakan, tapi kita bukan mesin. Harus punya empati. Jangan sampai pemberitaan membuat korban menjadi korban berkali-kali karena persekusi masyarakat,” tegasnya. (nando)