BATAM,AlurNews.com – Warga Perumahan Bukit Indah Sukajadi mulai mengeluhkan kualitas pelayanan air bersih yang menurun beberapa bulan belakangan ini. Selain karena air sering mati, sejumlah warga perumahan elite ini juga mengeluh karena air yang sampai ke mereka keruh.
“Kami gak tau apa masalahnya. Tapi memang air yang mengalir di rumah kami sering sekali keruh. Padahal dulu ini tak pernah terjadi,” ujar Laras, warga Cemara mas, perumahan Bukit Indah Sukajadi.
Kepada media ini, Laras menunjukan kualitas air yang keluar dari keran rumahnya. Air tersebut ditampung dalam sebuah gelas itu memang terlihat keruh, tidak jernih dan bening seperti air bersih pada umumnya.
Menurut Laras, dia takut menggunakan air tersebut untuk aktifitas sehari-hari. Apalagi, Laras memiliki anak yang masih sangat kecil. Dia khawatir air tersebut berdampak bagi kesehatan anaknya bila digunakan untuk mandi atau aktifitas lainnya.
“Lihat warnanya kotor begitu, kita jadi khawatir terhadap kandungan airnya. Jangan-jangan banyak bakteri yang berbahaya untuk kesehatan anak. Air kotor gitu gak mungkin dipakai untuk mandi, atau nyuci. Apalagi untuk masak. Bisa diare nanti,” jelasnya.

Selain Laras, Intan, warga Jalan Cemara Laut Perumahan Bukit Indah Sukajadi juga mengeluhkan soal air keruh yang diterimanya. Kualitas air yang buruk ini membuat warga resah dan meminta pemerintah agar lebih serius.
“Gimana caranya biar air bisa balik bening seperti dulu lagi?” terang salah seorang warga Jalan Cemara Laut Perumahan Bukit Indah Sukajadi.
Selain kualitas air bersih yang buruk, warga perumahan Bukit Indah Sukajadi juga mengeluh karena suplai yang tidak sebaik dulu. Air di rumah Yanto, warga Jalan Kaktus misalnya, sudah mati sejak pagi.
“Air mati sejak pagi,” keluhnya.
Gangguan suplai ini tidak disosialisasikan terlebih dahulu. Sehingga warga tak bisa melakukan langkah antisipasi sebelum air mati. Padahal ketika dikelola oleh operator yang lama, selalu ada informasi sebelum ada pemadaman, atau gangguan distribusi air bersih.
Kondisi ini jelas berbeda dengan janji yang diungkapkan oleh PT Moya Indonesia dan BP Batam sebelum resmi mengelola air di Batam. Chief Executive Officer PT. Moya Indonesia, Mohammad Selim, sempat menjanjikan tidak akan ada mati air setelah pihaknya mengelola air bersih di Batam.
“Kami akan survei langsung lokasi dan akan mempelajari sesuai dengan pemetaan yang ada di Batam. Jadi tidak perlu khawatir air mati,” katanya saat konferensi pers di gedung BP Batam, Senin (14/9/2020) silam.
Selim juga sempat sesumbar tentang pengalaman PT Moya Indonesia dalam pengelolaan air bersih di Pulau Jawa yang debitnya mencapai 200 ribu meter kubik. Pihaknya juga disebut-sebut membawa peralatan dan kelengkapan lainnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Batam.
“Nah kalau sampai gagal mengelola air di sini, artinya yang 200 ribu juga ikut gagal, jadi jangan khawatir,” jelasnya.
Namun setelah mengelola air di Batam, ternyata janji tersebut tak mampu dipenuhi. Masyarakat Batam harus dikorbankan, karena kualitas pelayanan air bersih turun drastis. Moya Indonesia dinilai tak mampu memberikan pelayanan air bersih yang profesional, seperti yang diumbar sebelumnya.
Masyarakat dibebani tagihan yang melonjak super tinggi, denda yang dikenakan sebelum waktunya, kualitas air yang buruk, serta suplai yang sering kali terganggu tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.
(rls)