“Kalau abang pernah ketemu. Di Makassar sama ayah. Kalau saya, dari sejak ayah pergilah. Umur 4 tahun sampai sekarang umur 21 tahun tak pernah komunikasi apalagi ketemu,” ucap Wawan dengan wajah sedih mengingat sosok ayah kandungnya.
Kerasnya hidup, berbagai macam cobaan yang menghampiri keluarganya dan dirinya. Wawan pun akhirnya putus sekolah ketika akan ujian kelulusan kelas tiga SMP. Ketika itu, Wawan berumur 15 tahun. Wawan memilih untuk meninggalkan Kabupaten Bulukumba dan merantau mencari kerja.
Dimasa kecilnya, Wawan sudah sangat lincah dalam mencari uang untuk membantu ibunya. Dimana seharusnya, Wawan belum layak untuk bekerja. Namun Wawan lebih memilih kerja dan berangkat ke Negeri Malaysia.
Untuk menuju ke Malaysia, Wawan harus mengumpulkan uang jalan. Dimana waktu itu, Wawan hanya memiliki uang 2 juta rupiah. Wawan akhirnya nekat berangkat ke Malaysia dengan melalui jalan tikus diwilayah Pontianak Kalimantan.
Didalam perjalanan dari Pontianak ke Malaysia, gelapnya malam. Wawan mendapatkan berbagai rintangan untuk lolos di jalan tikus. Wawan bersama rombongan sempat dikejar oleh petugas kepolisian Malaysia. Karena masuk Malaysia melalui jalur tikus / tidak resmi.
Sesampai di Malaysia, Wawan bekerja proyek pembangunan jalan. Wawan diberikan kepercayaan sebagai tukang catat. “Jadi kerjaku di Malaysia. Kan itu proyek jalan. Jadi aku tukang catat aja. Kalau ada mobil bawa tanah, itu ku catat, sudah berapa mobil,” cerita Wawan.
Di Malaysia, Wawan tinggal di sebuah Mess tempat ia bekerja. Namun berjalannya waktu, Wawan yang hari-hari dihantui oleh rasa takut di negeri orang. Harus memilih pulang ke kampung halaman.
“Namanya masuk ilegal. Tiap hari kita mikir. Takut ditangkap. Jadi mau tidak mau pulang lah,” kata Wawan.