Gubernur Ansar Khatib Idul Adha di Masjid Jami’Baiturrahim Tarempa, ini Isi Ceramahnya

Gubernur Kepri Ansar Ahmad jadi Khatib Idul Adha di Masjid Jami'Baiturrahim Tarempa. (Ft. Kominfo Kepri)

AlurNews.com – Gema takbir bersahut-sahutan di pagi yang syahdu di penjuru Tarempa. Masyarakat berbondong-bondong menuju masjid menandakan solat Idul Adha akan segera ditunaikan.

Menggunakan pakaian muslim berwarna putih, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad bersama Ketua TP-PKK Provinsi Kepri Dewi Kumalasari Ansar menunaikan solat Idul Adha di Masjid Jami’Baiturrahim, Tarempa, Anambas, Minggu (10/7).

Sholat Idul Adha di masjid tertua di Tarempa tersebut dipimpin oleh Imam Besar Masjid Jami’ Baiturrahim H. Sayuti, sementara yang bertindak sebagai bilal adalah H. Rustam Effendi. Gubernur Ansar juga ikut ambil bagian sebagai khatib dalam solat Idul Adha yang tampak penuh didatangi masyarakat Tarempa.

baca juga: Naik Sepeda Motor, Gubernur Ansar Tinjau Persiapan MTQ di Anambas

baca juga: Tak Seperti di Batam, Gubernur Ansar Bagikan Insentif RT-RW di Anambas Langsung Didampingi Bupati

Usai pelaksanaan solat Idul Adha yang sangat khusyuk, Gubernur Ansar menaiki mimbar masjid untuk membawakan ceramah tentang makna utama Idul Adha. Dengan intonasi yang lembut dan khidmat, ceramah Gubernur Ansar mampu membuat seluruh jamaah hanyut dalam penghayatan.

Gubernur Ansar menyebutkan, ibadah kurban saat Idul Adha adalah ibadah yang mengandung dua dimensi sekaligus, yaitu dimensi relasi vertikal atau Hablumminallah, dan dimensi relasi horizontal atau Hablumminannas.

Sebagai dimensi relasi vertikal atau hubungan manusia dengan Allah SWT, ibadah qurban mengandung makna dan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Sebagai realitas rasa syukur atas segala kenikmatan dan rahmat karunia yang Allah SWT berikan kepada kita.

“Qurban secara harfiah bermakna kedekatan kepada Allah SWT, kedekatan yang didasari karena kecintaan yang tinggi kepada Allah SWT melebihi kecintaan kita pada harta, pangkat, dan kedudukan di muka bumi,” kata Gubernur Ansar.

Sementara sebagai dimensi relasional horizontal, ibadah qurban merupakan perwujudan dari kenyataan sosial dan kesadaran kemanusiaan tergantung berbagai masalah yang dihadapi seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakmampuan.