AlurNews.com – Perkembangan street art di Batam, Kepulauan Riau mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam tiga tahun terakhir.
Bahkan kesenian pada kategori street art ini sempat mendapat dukungan dari Polda Kepri, yang menggelar Bhayangkara Mural Festival di tahun 2021 lalu.
Hal ini membuat beberapa street artis dari Singapura mulai tertarik dan ikut bergabung dalam perhelatan Festival Skena Grafiti yang digelar para pelaku street art di Batam.
Baca juga : Promosikan Pariwisata dan Investasi, BP Batam Ramaikan Jogja PPUN Expo 2022
Perhelatan street art ini dilakukan di Komplek Green Town, Bengkong Sabtu hingga Minggu (17-18/19/2022). Lima street artis Singapura ikut meramaikan kegiatan bertema King Royal Pride tersebut.
Koordinator Festival, Rama menyebutkan perhelatan ini diikuti oleh total 22 street artis.Kegiatan ini juga dilakukan serempak oleh street artis di bidang graviti se-Indonesia.
Pada festival ini, Rama menuturkan kreativitas para street artis tidak dibatasi dengan tema tertentu.
“Dilaksanakan di 67 kota di 18 provinsi di Indonesia, ini merupakan bentuk kepedulian dari beberapa pihak yang terhadap pertumbuhan graviti,” ungkapnya saat ditemui, Senin (19/9/2022).
Rama menuturkan, kegiatan serupa sudah rutin dilaksanakan di berbagai titik di Kota Batam dalam waktu tiga tahun belakangan.
Hal itu menurutnya, jadi sinyal positif akan iklim street art yang mulai diminati dan diterima masyarakat. Grafiti menurut dia banyak jenisnya, bukan cuma coret-coret di dinding saja.
King Royal Pride, kata Rama, jadi satu kegiatan yang menampung kreativitas para artis street art di Batam. Apalagi kegiatan kali ini didukung oleh salah satu produsen cat asli Indonesia.
Baca juga : Singapura dan Malaysia Sudah Cabut Aturan Pakai Masker dalam Ruangan, RI Kapan?
Terpisah, salah satu street artis Singapura, Boon Baked menyebutkan perbedaan yang signifikan menjadi seorang street artis di antara kedua negara.
Boon panggilannya, mengaku iri dengan para street artis Indonesia. Ini dikarenakan aktivitas graviti di negaranya, yang membuat para street artis tidak memiliki identitas.
“Aku melihat grafiti di Indonesia lebih punya macam gaya,” ujarnya.
Boon mengatakan grafiti di Singapura banyak mencontoh karya artis-artis besar asal Amerika dan Eropa. Hal itu lantaran para artis street art di Singapura dulu belum punya panutan lokal untuk diikuti.
Persoalan yang sebenarnya berkaitan dengan aturan ketat yang diterapkan Pemerintah Singapura yakni tidak boleh sembarang mencoret dinding, ancamannya bisa dipenjara.
“Ya pilihannya berekspresi ke luar negeri, ke Batam salah satunya,” paparnya.