Kisah Raja Hasmidah, PMI Asal Natuna Pilih Dipenjara Demi Pulang ke Indonesia

Raja Hasmidah, mantan PMI asal Natuna korban perdagangan orang. (Foto: AlurNews)

Alurnews.com – Kisah Dede Aisyah, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Karawang, Jawa Barat yang dijual di Suriah dan kini viral di media sosial. Membuka dugaan perdagangan orang yang secara terang-terangan terjadi dengan modus tawaran bekerja di luar negeri sebagai PMI, yang disebut-sebut sebagai penyumbang devisa terbesar kedua bagi Indonesia.

Hal serupa yang dialami oleh Raja Hasmidah, seorang PMI perempuan asal Natuna, Kepulauan Riau yang berhasil meloloskan diri dari jebakan penyalur tenaga kerja di Indonesia. Setelah selama hampir satu tahun berada di Arab Saudi dan bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT).

Senada dengan alasan keberangkatan Dede Aisyah, dalam menerima tawaran bekerja sebagai PMI. Wanita yang kerap disapa Awe ini juga mengakui bahwa alasan ekonomi, menjadi alasannya untuk menerima tawaran dari sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja yang didapatinya di media sosial.

“Faktor ekonomi adalah alasan kuat saya, hingga akhirnya saya bisa mengetahui perusahaan itu dari FB. Saya ingat komunikasi pertama saya dan akun perusahaan itu terjadi di awal tahun 2021. Mereka sangat menyakinkan saya, bahwa mereka adalah salah satu perusahaan PJTKI resmi di Indonesia,” terangnya saat ditemui di kawasan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (4/4/2023).

Dari komunikasi yang terjalin, pihak perusahaan akhirnya memberikan penawaran pekerjaan sebagai PRT di Arab Saudi dan memfasilitasi keberangkatan Awe dari Batam menuju Jakarta.

Setibanya di Jakarta, dirinya mengaku dijemput oleh beberapa orang yang mengaku dari pihak perusahaan. Dengan transportasi yang telah disediakan, Awe kemudian dibawa ke sebuah kamar kost.

“Saat itu sebenarnya saya sudah bertanya, kenapa tidak dibawa ke perusahaan. Namun mereka menjawab bahwa perusahaan tutup akibat pandemi Covid-19. Mendengar penjelasan itu saya hanya diam saja,” lanjutnya.

Semalam berada di kost tersebut, pihak perusahaan kemudian memindahkan Awe ke lokasi penampungan yang berada di Jakarta Timur. Di sana ia bertemu dengan beberapa calon PMI dari berbagai daerah di Indonesia.

Awe sendiri mengaku proses keberangkatannya ke Arab Saudi tergolong cepat. Hal ini dihitung dari durasi waktu pengurusan berkas yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Walau demikian, proses pemberangkatannya juga diakuinya sangat mencurigakan. Termasuk keberangkatan melalui jalur Bandara yang tidak disertai dengan visa.

“Ternyata kami tidak langsung menuju Arab, melainkan menuju Dubai. Di sana saya langsung sudah ada lokasi penampungan, dan kemudian dibawa kembali menuju penampungan di Yordania,” ujarnya lirih.

Awe kemudian menggambarkan kondisi memprihatinkan yang disaksikannya saat tiba di lokasi penampungan ini.