Kelor si Daun Ajaib

Ilustrasi, teh daun kelor bisa menjadi alternatif obat herbal. F Pixabay.

AlurNews.com – Daun kelor oleh World Healthy Organization (WHO) dijuluki oleh the miracle tree. Daun kelor sudah sejak lama, diketahui sebagai salah satu obat tradisional khas Indonesia. 

Dilansir dari laman Indonesia.go.id, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bahkan pernah meminta, agar kelor bisa diteliti secara mendalam. Budi mengatakan, ingin daun kelor menjadi obat tradisional khas Indonesia, yang bisa menembus pasar global, seperti ginseng khas Korea Selatan. 

“Makanya perlu dibuat penelitian yang serius, untuk masuk dunia internasional,” kata Budi. 

Daun kelor tidak hanya sebagai obat herbal. Namun, juga terkenal sebagai salah satu sumber pangan alternatif. “Jadikan kelor sebagai salah satu makanan tradisional dan herbal Indonesia, dan akan riset secara formal. Kami dukung risetnya supaya bisa diterima di kalangan internasional,” ucap Budi. 

Sehebat apakah manfaat daun kelor ini. Bagaimana efeknya terhadap tubuh manusia? Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ridwan menyampaikan, beberapa fakta tentang daun kelor. 

Daun kelor, masuk dalam genus Moringaceae. Tanaman ini tersebar luas dan banyak dibudidayakan di wilayah tropis. 

Ridwan menyebutkan, kelor memiliki kandungan vitamin dan mineral, yang mencukupi gizi harian tubuh manusia. Selain itu, kelor memiliki kandungan kalsium melebihi susu hewani. 

Baca Juga: Menkes Minta Kelor Diteliti Secara Serius, Imbangi Ginseng Korea

Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor itu menyebutkan, susu sapi rata-rata mengandung 143 mg/100 gr kalsium, sedangkan kandungan kalsium daun kelor kering dapat mencapai 17 kali lipatnya.

Ridwan pernah menganalisis dan membandingkan kandungan kalsium daun kelor dari beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya ada yang mencapai hingga 21 kali lipat, yaitu mencapai 3.000mg/100gr.

Tanaman itu juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 25%–34%, setara dengan kandungan protein pada kacang-kacangan. Kendati, belum melampaui kandungan protein pada biji kedelai yang mencapai 36 persen.

Ridwan menuturkan, beberapa tahun terakhir, pemanfaatan tanaman kelor meningkat secara signifikan. Baik sebagai bahan makanan, obat-obatan, maupun untuk kosmetika. Kemungkinan, kata dia, hal itu disebabkan oleh bertambahnya pengetahuan kandungan gizi dan potensi farmasi kelor.

Selain mengandung kalsium dan protein, kelor juga mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, antiinflamasi, antikanker, anti obesitas, dan antikolesterol. 

Tak hanya itu, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi lain, di antaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), pelindung dari stres lingkungan, pelindung dari serangan hama atau penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultraviolet, dan sebagai zat pengatur tumbuh.

Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang baru-baru ini telah banyak dipelajari dan digunakan dalam bidang kesehatan.