
AlurNews.com – Diawali dari ide ingin membangun musala bagi pekerja di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Telagapunggur, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam menginisiasi pembangunan musala yang menggunakan bahan dasar plastik.
Musala berada tepat di lahan yang bersebelahan dengan gerbang masuk. Proses pengerjaan bangunan kini sudah memasukki 80 persen, yang dilengkapi dengan penanaman sejumlah bunga, dan pembangunan gapura yang menggunakan botol plastik bekas.
“Proses pembangunan ini dilakukan swadaya oleh para pekerja,” terang Ahmad Afandi (61), salah satu pekerja bangunan yang ditemui di lokasi, Kamis (25/5/2023).

Ahmad menuturkan, untuk bangunan yang akan menopang jamaah dalam menjalankan ibadahnya. Pembangunan musala menggunakan papan, dan balok yang seluruhnya berbahan dasar plastik. Hasil limbah rumah tangga, dan industri yang telah disortir.
Untuk bangunan berukuran 6 meter x 3 meter ini, hanya bagian atap dan kubah yang tidak menggunakan bahan dasar plastik. Sebagai tukang, Ahmad juga menuturkan target pengerjaan akan selesai dua minggu mendatang.
“Yang pakai seng hanya bagian atap. Dua minggu mendatang pengerjaan sudah selesai,” lanjutnya.
Sementara itu, salah satu petugas DLH Kota Batam, Rudi menuturkan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk menghasilkan satu bilah papan dan balok.
Untuk proses pembuatan papan dan balok plastik ini, pekerja TPA Telagapunggur biasanya mengumpulkan plastik, dengan menyortirnya saat masuk ke TPA.
Tidak membedakan jenis plastik, limbah plastik yang telah disortir kemudian dicuci terlebih dahulu. Kemudian dijemur di bagian workshop, yang juga berada tepat di dekat gerbang masuk TPA Talagapunggur.
“Plastik apa saja bisa digunakan, setelah disortir, dicuci, dan dijemur di sini,” ujarnya.
Setelah mengering, limbah plastik itu kemudian dimasukkan ke dalam mesin pembakar limbah, yang menghasilkan suhu 400 derajat celcius. Hasil dari pembakaran limbah plastik ini, kemudian dibentuk dengan menggunakan cetakan yang sudah disiapkan.
Untuk satu bilah papan, Rudi menuturkan membutuhkan 17 kilogram limbah plastik. Sementara untuk satu bilah balok, hanya membutuhkan 15 kilogram limbah plastik.
Setelah papan dibakar dan dimasukkan dalam cetakan. Kemudian dilanjutkan dengan proses pendinginan selama satu jam.
“Papan butuh 17 kilogram, kalau balok butuh 15 kilogram plastik,” lanjutnya.
Para pekerja TPA Punggur kemudian menuturkan harapan mereka agar nantinya bangunan musala ini dapat menjadi contoh, bagi pembangunan lain yang masih menggunakan sumber daya alam seperti kayu.
Walau demikian, saat ini pihak DLH Batam juga mengaku akan melakukan beberapa uji kelayakan, dari hasil papan dan balok plastik yang dihasilkan para pekerja TPA Telagapunggur.
“Sejalan dengan proses peresmian dua minggu mendatang. Kami juga akan sekaligus melakukan uji kelayakan, dan uji ketahanan papan dan balok ini,” ungkap Kepala DLH Batam, Herman Rozi melalui aplikasi pesan singkat. (ib)