Tentu saja, dalam pelaksanaan program Kampus Merdeka tersebut ditemukan sejumlah kendala. Di antaranya, sebagaimana diungkap Agnes Teresia (okezone.com, 27/9/2021) ketidaksiapan dari para dosen akan kebiasaan baru terutama di era new normal saat ini. Beberapa tenaga pendidik dalam hal ini para dosen masih kesulitan beradaptasi dengan kondisi yang sudah berubah. Karena itu, Nizam, Dirjen PT Kemendikbudristek, berharap supaya para dosen bisa bersikap lebih berani keluar dari comfort zone dan bersama-sama dengan mahasiswa membentuk pendidikan tinggi masa depan.
Pada intinya, berbagai program Merdeka Belajar (yang saat ini sudah mencapai 22 episode) merupakan sebuah upaya untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di negeri ini. Semoga iktikad baik pihak Kemendikbudristek dalam meningkatkan mutu pendidikan anak-anak bangsa berjalan sukses dan lancar. Beragam kendala saat menjalankan beragam program Merdeka Belajar tersebut semoga dapat segera dicarikan jalan keluarnya bersama-sama.
Sedikit saran konstruktif dari saya, ada baiknya pihak Kemendikbudristek melakukan penelitian secara mendalam tentang situasi dan kondisi sekolah-sekolah dan kampus-kampus di berbagai kota (termasuk mengajak para guru, dosen, dan perwakilan mahaiswa, untuk duduk dan saling tukar pendapat) sebelum akhirnya membuat dan menetapkan kebijakan berupa program-program yang baru. Soalnya saat ini pihak Kemendikbudristek terlalu banyak membuat program. Bukankah akan lebih baik memaksimalkan program-program yang sudah ada terlebih dahulu, sebelum membuat program baru?
Hal ini sangat penting untuk meminimalisir ketidaksiapan yang muncul tiba-tiba dari sebagian sekolah atau kampus di suatu daerah yang merasa keberatan dengan program yang sudah terlanjur ditetapkan tersebut. Karena sebagus apa pun program yang dicanangkan oleh pemerintah, tetapi bila pihak lembaga pendidikan yang menjalankannya masih merasa belum siap, maka tentu akan sulit untuk menjalankan program yang sebenarnya bertujuan bagus tersebut.