AlurNews.com – Ketika seorang mukmin memiliki keinginan tertentu atau sedang mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi, sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat hajat sebanyak 12 rakaat dengan salam di setiap 2 rakaat. Namun, melaksanakan shalat hajat sebanyak 2 rakaat juga dianggap cukup memadai.
Cara melaksanakan shalat hajat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah pada umumnya. Namun, terdapat perbedaan mendasar, yaitu pada niat dan doa.
Dalam kitab Nihayatuz Zain (Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002], cetakan I, halaman 103), Syekh Nawawi Al-Bantani menyatakan bahwa orang yang mengalami kesempitan, berhajat untuk kemaslahatan agama dan dunianya, serta merasakan kesulitan, sebaiknya melaksanakan shalat hajat.
Adapun cara melaksanakan shalat hajat adalah sebagai berikut:
Niat melaksanakan shalat hajat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatal ḫâjati rak‘ataini adâ‘an lillâhi ta‘âlâ.
“Aku berniat melaksanakan shalat sunnah hajat dua rakaat tunai karena Allah SWT.”
Membaca Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek (dianjurkan untuk membaca surat Al-Ikhlas dan ayat kursi).
Setelah selesai shalat, disarankan membaca shalawat dan doa berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي لَبِسَ العِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ بِالمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهِ، سُبْحَانَ ذِي العِزِّ وَالكَرَمِ، سُبْحَانَ ذِي الطَوْلِ…
Mahasuci Zat yang mengenakan keagungan dan berkata dengannya. Mahasuci Zat yang menaruh iba dan menjadi mulia karenanya. Mahasuci Zat pemilik keagungan dan kemuliaan. Mahasuci Zat pemilik karunia. Aku memohon kepada-Mu agar bershalawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dengan garis-garis luar…
Setelah itu, disarankan juga membaca doa Rasulullah saw sebagaimana riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الحَلِيمُ الكَرِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَلِيُّ العَظِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ والحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Lâ ilaha illallâhul-ḫalîmul-karîmu, lâ ilaha illallâhul-‘aliyyul-adhîmu subḫânallâhi rabbil-‘arsyil-‘adhîmi wal-ḫamdulillâhi rabbil-‘alamîna.
“Tiada Tuhan selain Allah yang santun dan pemurah. Tiada Tuhan selain Allah yang maha tinggi dan agung. Mahasuci Allah, Tuhan Arasy yang megah. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Selanjutnya, orang yang memiliki hajat tertentu bisa melanjutkan dengan doa Rasulullah saw sebagaimana riwayat Imam At-Tirmidzi:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالسَلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ…
Allâḫumma innî as’aluka mûjibâti raḫmatika, wa ‘azâ’ima maghfiratika, wal-ghanîmata min kulli birrin, was-salâmata min kulli itsmin lâ tada‘ lî dzanban illâ ghafartahu, wa lâ hamman illâ farrajtahu, wa lâ ḫâjatan hiya laka ridlan illâ qadlaitahâ yâ arḫamar-râḫimîna.
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu pembuka pintu-pintu rahmat-Mu, kekuatan ampunan-Mu, keberhasilan dalam setiap kebaikan, dan perlindungan dari setiap dosa. Jangan biarkan ada dosa yang tidak Kau ampuni, kesusahan yang tidak Kau selesaikan, atau kebutuhan yang tidak Kau penuhi, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.”
Setelah doa-doa tersebut dipanjatkan, langkah terakhir adalah memanjatkan doa dengan khusyuk, memohon kepada Allah agar urusan atau hajat khususnya dikabulkan. Wallahu a‘lam. (ib)