Ini Cara Warga Rempang Peringati Hari Kemerdekaan ke-79

Ratusan warga dari 16 titik Kampung Tua di Pulau Rempang membentang spanduk penolakan relokasi Rempang saat pawai peringati Hari Kemerdekaan RI ke 79, Minggu (18/7/2024) sore. (AlurNews)

AlurNews.com – Rempang Menolak Relokasi, Kami Belum Merdeka. Perkataan yang terus terdengar dari pawai 500-an warga dari 16 titik Kampung Tua di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (18/7/2024) sore.

Dimulai dari Kampung Sembulang Hulu, warga berpawai dengan kendaraan roda empat yang telah dihias, dan sebagian lagi menggunakan sepeda motor, sembari membawa bendera merah-putih.

Namun perbedaan terlihat jelas di kendaraan hias, dimana seluruh kendaraan berbentuk perahu ini tampak bertuliskan Tolak Relokasi. Bahkan sebagian warga yang menggunakan sepeda motor, juga terlihat membawa spanduk bernada penolakan akan rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Akhir pawai warga ini, berakhir di Posko Terpadu Simpang Sei Raya yang telah dijaga puluhan aparat TNI, Kepolisian, dan Ditpam BP Batam. Baik yang menggunakan seragam, maupun menggunakan pakaian bebas.

“Kami merasa belum merdeka, pawai ini adalah acara rakyat. Kami keluar kampung dan bersama-sama ke jalan, agar masyarakat Batam juga sadar. Rempang bukan pulau kosong, kami ramai di sini,” ujar Sukri salah satu warga Rempang yang ikut dalam pawai bernada penolakan ini.

Pemilihan titik akhir pawai di Posko Terpadu yang telah diawasi puluhan petugas, disebut bukan tanpa alasan. Warga yang mempersiapkan diri dengan spanduk, poster, hingga pengeras suara.

Memilih titik posko, untuk mengabarkan perlawanan mereka terhadap rencana Pemerintah, yang ingin menggusur seluruh kampung tua di Pulau Rempang. Sasaran aksi ini, adalah warga Batam atau wisatawan yang melintas saat akan menuju kawasan wisata di Pulau tersebut.

“Kami merasa terjajah oleh bangsa sendiri, kami belum merdeka. Semoga apa yang dilakukan warga didengar oleh masyarakat, dan sampai ke telinga mereka yang di atas. Kami menolak relokasi, tolong digagalkan lah itu Rempang Eco-City,” lanjutnya.

Semangat memperjuangkan tanah kelahiran warga Melayu asli Batam, Kepulauan Riau ini. Sempat mendapat kendala, saat iring-iringan pawai mulai mendekati posko, atau tepatnya di area gapura Kampung Sembulang.

Di sana warga sempat mendapat pengadangan dari aparat Kepolisian, saat warga mendekati area jalan utama atau Trans Barelang. Namun usaha penghadangan ini, tidak memadamkan semangat warga.

“Kendala tadi hanya sempat teradang, namun kali ini semangat warga sangat tinggi. Sehingga upaya itu gagal, dan kami masih bisa membentangkan spanduk ini, agar dilihat oleh warga dan rombongan wisatawan yang melintas,” paparnya.

Pemilihan pawai ‘Kemerdekaan’ HUT RI ke-79, juga dilakukan sehari setelah tanggal 17 Agustus. Sebagai tanda penghargaan dari warga kampung tua di Pulau Rempang.

Pada tanggal ini, warga menyebut tidak melakukan bentuk peringatan apapun. Serta memilih untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mencari ikan di laut untuk para nelayan, dan tetap melanjutkan aktifitas lain seperti berkebun.

“Kami memang merasa belum merdeka, tapi warga tetap menghargai 17 Agustus. Namun kemarin warga tidak melakukan apa-apa. Paling melaut, dan berkebun saja seperti hari-hari biasa,” terang Sukri.

Terpisah, Kapolsek Iptu Alex Yasral membantah dugaan upaya pengadangan, yang dilakukan oleh Kepolisian terhadap pawai warga Rempang.

Dirinya menyebut, hanya membantu menghindarkan hal yang tidak diinginkan pada pawai warga, mengingat arus lalu lintas di Trans Barelang cukup padat, mengingat musim libur Hari Kemerdekaan ke-79.

Dirinya juga menyebut hanya didampingi 30 personel berseragam dari Polsek, dan Polresta Barelang guna menjaga kelancaran pawai warga saat tiba di Trans Barelang.

“Hanya menjaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, mengingat ini musim libur. Trans Barelang cukup ramai dilalui oleh kendaraan, baik yang sendiri atau rombongan. Kami juga hanya ada 30 personel saja,” jelasnya melalui sambungan telepon, Minggu (18/8/2024) malam. (Nando)