OPINI: Blockchain Sebagai Solusi untuk Transparansi dan Efisiensi Perdagangan Karbon

Kolase. Pemerhati lingkungan, Boby Fachriza (kiri) dan Thalhah Fachriza (kanan). Foto: Istimewa

Perdagangan karbon adalah sebuah mekanisme yang dirancang dan diimplementasikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan sistem ini, sebuah entitas, baik perusahaan atau negara, diberikan kuota emisi karbon atau disebut juga kredit karbon.

Secara singkat, jika sebuah entitas memproduksi lebih sedikit emisi dari pada kuota tersebut, kuota kredit karbon yang tidak digunakan itu dapat diperdagangkan kepada entitas lain yang membutuhkan kuota lebih banyak.

Oleh karena itu, tujuan utama dari perdagangan karbon adalah untuk mendorong perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka.

Teknologi Blockchain

Dalam pelaksanaan dan penerapan perdagangan karbon mutlak dibutuhkan teknologi untuk mendukung dan menjamin suksesnya program ini. Teknologi blockchain memiliki potensi untuk merevolusi dan mempermudah dalam menangani perdagangan karbon.

Dengan menggunakan teknologi blockchain, dimungkinkan untuk melakukan pencatatan transaksi secara aman, transparan, dan terdesentralisasi untuk mengefisienkan proses transaksi.

Sejak diperkenalkan pertama sekali pada tahun 2008 sebagai teknologi dasar untuk mata uang kripto Bitcoin, blockchain telah berkembang dan banyak diaplikasikan di berbagai sektor, seperti manajemen rantai pasokan, keuangan dan perbankan, sertifikasi dan identitas digital, kesehatan dan desentralisasi energi.

Secara singkat dapat dijelaskan, blockchain adalah rangkaian rantai (chain) dari blok-blok data (blocks) yang saling terhubung. Pada setiap blok menyimpan sekumpulan informasi, termasuk

(1) data transaksi – waktu, jumlah, dan pihak yang terlibat,
(2) Hash kriptografis dari blok sebelumnya yang menghubungkan blok-blok dalam rantai,
(3) Menggunakan mekanisme konsensus agar terdesentralisasi dan aman – untuk memvalidasi transaksi dan blok baru.