AlurNews.com – BPJS Kesehatan Cabang Batam melaksanakan kegiatan pelatihan perawatan luka kepada seluruh dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya pengetahuan tenaga medis serta meningkatkan pelayanan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Batam, Harry Nurdiansyah dalam keterangan yang diterima mengatakan pada kegiatan ini juga sembari menyinggung terkait pengendalian mutu dan biaya kesehatan.
“Saya mengucapkan terima kasih dan juga mengapresiasi para dokter yang telah ikut serta dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sebagai pengingat juga, kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan kompetensi dokter di FKTP semakin meningkat dan berkualitas. Hal ini sehubungan dengan fungsi kita yang memegang kendali atas mutu dan biaya dari program JKN,” kata Harry.
Sementara itu, dokter spesialis bedah di RS Elisabeth Batam dr. Fredy Rustomi Damanik selaku narasumber pada kegiatan pelatihan perawatan luka menyampaikan beberapa penjelasan terkait definisi luka dan penanganan luka akut.
Ia menjelaskan penanganan luka pada FKTP masih mengandalkan perawatan luka tradisional, sehingga peserta yang membutuhkan perawatan luka masih sering berkunjung kembali akibat luka yang terlalu lama membaik.
“Sebetulnya saya yakin kalau dokter di FKTP sudah memahami cara perawatan luka, namun yang perlu diketahui, perawatan luka dengan menggunakan alat tradisional memiliki kekurangannya tersendiri. Oleh karena itu kita laksanakan pelatihan ini sebagai sarana sharing ilmu yang saya miliki, terutama cara merawat luka dengan alat modern,” ujar Fredy.
Dr Fredy mengatakan ketersediaan peralatan perawatan luka bukan menjadi penghalang dokter di FKTP melakukan tindakan, apalagi sampai tidak memeriksa kondisi luka pasien.
Menurutnya, penting dokter di FKTP untuk dapat mengedukasi pasien dan keluarga pasien agar menjamin bahwa luka tersebut tidak semakin parah kondisinya ketika pasien tidak sedang berada di faskes.
“Alat perawatan luka tradisional sudah pasti ada di FKTP, jadi bukan berarti ketika mendapat pelatihan perawatan luka yang menggunakan alat modern ini, pelayanan yang menggunakan alat tradisional tidak dilaksanakan. Kalau memang keterbatasan dari alat modern penunjang perawatan lukanya belum tersedia di FKTP, maka berikan edukasi kepada pasien tentang perawatan luka, sehingga lukanya cepat sembuh,” kata dr. Fredy.
Terkait fungsi pengendalian biaya oleh Faskes dan BPJS Kesehatan, dr Fredy menyampaikan pendapatnya terkait pengadaan alat perawatan luka modern.
Hal tersebut dimaksudkan agar menjadi bahan pertimbangan bagi seluruh stakeholder dari program JKN.
“Hal yang perlu kita sama-sama perhatikan adalah masalah implementasi penanganan luka menggunakan alat modern seperti hydrocolloid patch, alginates, hydrogel dan lainnya. Butuh koordinasi lebih lanjut dengan pihak RS dan Pemerintah Kota terkait hal ini. Bahan medis habis pakai juga harus ekonomis sehingga tidak memberatkan dari segi finansial,” ujar Fredy.
Ia berharap peserta kegiatan dapat mengimplementasikan ilmu yang disampaikan, sehingga perawatan luka yang dilakukan di FKTP dapat dilakukan secara optimal. (Roma)