Pemko Batam Serahkan BTT Rp 627,5 Juta ke Warga Terdampak Bencana Alam

Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyerahkan bantuan bagi warga yang terdampak bencana alam awal tahun 2025. (Foto: AlurNews)

AlurNews.com – Pemko Batam melalui Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos PM) melakukan penyaluran bantuan bagi warga yang terdampak bencana alam awal tahun 2025.

Bencana yang terjadi akibat angin kencang, curah hujan tinggi, longsor, serta air pasang atau rob itu melanda delapan kecamatan di Batam dan menyebabkan kerusakan rumah serta korban jiwa.

Kadinsos PM Kota Batam, Leo Putra, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari musibah tersebut.

“Hari ini menindaklanjuti musibah bencana awal tahun 2025 di Kota Batam, adanya angin kencang, curah hujan tinggi dan longsor, dan juga ada air naik, air rob,” ujar Leo.

Menurutnya, pada awal tahun itu hampir seluruh wilayah Batam mengalami dampak bencana saat itu. Melihat besarnya dampak, Dinas Sosial bersama Pemko Batam menetapkan status tanggap darurat bencana di Kota Batam.

“Bersumber dari semua camat melaporkan, hasil laporan camat tadi lebih kurang 8 kecamatan itu diverifikasi oleh tim, kami cek ke lapangan. Akhirnya ditetapkanlah tanggap darurat bencana dengan bantuan BTT (belanja tidak terduga) untuk membantu korban bencana tersebut,” katanya.

Seperti halnya bencana yang terjadi di Tiban Koperasi beberapa waktu lalu yang menelan empat korban jiwa. Oleh sebab itu korban yg terdampak bencana diberikan santunan oleh Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam.

“Dari hasil pendataan, ada 56 rumah atau KK yang hasil verifikasi layak dibantu, yaitu dengan kriteria rusak berat Rp25 juta, sedang Rp7,5 juta, ringan dibantu Rp5 juta,” kata Leo.

Untuk korban jiwa, Pemko Batam memberikan bantuan sebanyak Rp15 juta per korban jiwa.

“Jadi secara keseluruhan ada bantuan yang disalurkan hari ini lebih kurang Rp627,5 juta,” tambahnya.

Adapun rincian rumah yang mendapat bantuan berdasarkan kategori untuk rumah rusak berat ada 13, rumah rusak sedang ada 11, rumah rusak ringan ada 32 rumah. Dengan capaian total ada 56 rumah.

Dana bantuan ini berasal dari BTT Pemko Batam yang disalurkan melalui BPKAD ke Dinas Sosial, kemudian langsung ke rekening masing-masing korban.

“Ada delapan kecamatan yang menyampaikan ke Wali Kota. Tapi yang paling parah di Sekupang, Galang, Bengkong, Nongsa. Untuk dibantu, laporannya harus dari camat ke Wali Kota, baru Dinsos menindaklanjuti laporan tersebut,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Wali Kota Batam, Amsakar Achmad. Ada 56 rumah / KK yang terdampak. Terdiri dari 4 orang wali yang sanak keluarganya meninggal dunia.

Kemudian bantuan kepada warg kota Batam yang rumahnya mengalami rusak berat, rusak sedang hingga rusak ringan.

Bantuan Rp5 juta untuk rumah yang mengalami rusak ringan, rusak sedang Rp7,5 juta. Dan rusak berat Rp25 juta.

“Hari ini kami menyerahkan bantuan karena semua proses sudah selesai, terhadap warga yang terdampak bencana alam di awal tahun,” katanya.

Amsakar menuturkan Pemko Batam baru bisa memberikan bantuan tersebut sekarang, karena beberapa alasan. Yaitu untuk verifikasi itu perlu tahapan.

Mulai dari data yang disampaikan Lurah dan Camat. Kemudian tim turun untuk melihat kondisi eksistingnya. Setelah itu dihitung oleh tim.

“Baru dibuat perwakonya tentang warga-warga yang berhak mendapatkan bantuan itu. Setelah proses itu selesai, baru akan di distribusikan. Itu proses nya kurleb akhir januari rampung, baru masuk di kasda BTT kepada dinsos dari jumlah org yang akan menerima itu. Jadi dinsos nanti akan mendistribusikan dan mentransfer kepada masing-masing keluarga. Dan juga prosesmua karena kemarin ada transisi pemimpin,” kata Amsakar

Lantas apa upaya pemko untuk rumah warga yang rawan longsor? Amsakar mengimbau agar warga tak tinggal lagi dirumah tersebut. Lantaran fakta dilapangan, lokasi tersebut bukan untuk wilayah permukiman.

“Kalo dibangun batu miring biayanya besar. Kita juga berharap, jika memungkinkan jangan menempati rumah itu. Karena dari setplan yang kita dapati sebenarnya koperasi yang menjual kepada warga, yang memang bukan tempat pemukiman. Jadi kalau seandainya kita letak batu miring, saya kira cuma bisa di fondasi awal saja. Tapi kalau setinggi itu. Jadi ini biar tim teknis kami yg buat analisanya, tetapi saya merasa kalau keseluruhan rasanya tidak mungkin. Dan bisa saja di bangun fondasi di awal, lalu di minta dinas kita utk tanam pohon penghijauan di lokasi itu,” paparnya. (rul)