PADANG, ALURNEWS.COM – Seorang dokter di Sumbar diproses tegas polisi. Dokter di Sumbar itu dilaporkan melakukan ujaran kebencian. Hukum ditegakkan.
Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Barat memproses dugaan ujaran kebencian melalui akun media sosial Facebook diduga dilakukan seorang dokter berinisial HR (41) di salah satu rumah sakit di Kota Padang, Sumatera Barat.
Kabid Humas Polda Sumatera Barat Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto menjelaskan, posting-an itu diduga mengandung unsur ujaran kebencian diunggah, pada (10/5/2021) lalu, sekisar pukul 23.00 WIB.
Saat itu, pelaku membaca banyak komentar dari pengguna Facebook lainnya yang mengolok-ngolok sebuah posting-an link berita menegenai meninggalnya Ustaz Tengku Zulkarnain.
“Pihak Polda Sumbar mendapatkan laporan terkait postingannya tersebut dan tercatat, dengan nomor: LP/196/V/2021/SPKT-SBR tanggal 12 Mei 2021,” kata Satake di Padang, Sumatera Barat, Senin (31/5/2021).
Polda Sumbar, lanjut dia, melakukan penyelidikan dan berhasil menemukan keberadaan pelaku di kawasan Gadut, Kota Padang.
“Pelaku dibawa ke Mapolda Sumbar untuk dimintai keterangan pada 12 Mei 2021, dan petugas menyita dua unit handphone, dua simcard, dan dua kartu memori dari pelaku,” kata Sutake.
“Pelaku saat ini tidak ditahan dan diberlakukan wajib lapor, pelaku disangkakan pasal 28 ayat (2) jo pasal 45a ayat (2) Undang-undang nomor 19 tahun 2016, tentang informasi dan transaksi elektronik,” lanjut dia.
Stefanus Satake Bayu Setianto menambahkan, pelaku dokter berinisial HR, merasa terhina dengan komentar pengguna Facebook tersebut, karena pelaku mengidolakan Ustaz Tengku Zulkarnain dan marah sehingga membuat sebuah postingan yang berunsur ujaran kebencian.
“Pelaku sebelumnya sempat membuat beberapa komentar pada postingan link berita tersebut. Ia mengaku untuk memberikan arahan pengguna facebook lainnya agar tidak mengolok-olok perihal meninggalnya Ustad Tengku Zulkarnain,” ungkapnya.
Dalam tangkapan layar diperoleh sambung menurut Stefanus Satake Bayu Setianto, yang bersangkutan mempertanyakan mengapa semua ulama yang menentang rezim meninggal karena Covid-19 dan setelah melakukan swab.
“Ia juga mempertanyakan jangan-jangan di stik tes Swab dioleskan virus corona supaya ustadz-ustadz vokal meninggal dunia. Ia juga menulis rezim yang ada saat ini adalah komunis yang menghalalkan secara cara untuk mencapai tujuan,” tukasnya. DNS. (*)