Jakarta, Alurnews.com — Cakupan vaksinasi dosis pertama di empat provinsi dengan laju penularan Covid-19 tinggi di Indonesia masih terbilang rendah. Persentase cakupan dari keempat provinsi itu bahkan tidak mencapai 50 persen.
Keempatnya merupakan bagian dari tujuh provinsi yang disoroti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai provinsi dengan tingkat penularan tinggi sepekan terakhir, 2-8 Agustus 2021.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 10 Agustus 2021, cakupan vaksinasi di Kalimantan Utara mencapai 18,52 persen. Padahal, WHO mencatat tingkat insiden kasus di daerah tersebut 413,9 per 100 ribu penduduk.
Selanjutnya, di Kalimantan Timur baru memberikan vaksinasi dosis pertama sebanyak 18,82 persen dengan insiden kasus 316,8 per 100 ribu penduduk.
Ketiga, Kepulauan Bangka tercatat cakupan vaksinasi sebesar 20,38 persen dengan insiden kasus 271,2 per 100 ribu penduduk. Lalu, keempat yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta cakupan vaksinasi sebesar 36,64 persen dengan insiden kasus 316,8 per 100 ribu penduduk.
Sementara itu, cakupan vaksinasi di tiga daerah lainnya terbilang tinggi. DKI Jakarta sebanyak 103,91 persen, Bali 90,95 persen dan Kepulauan Riau 67,82 persen.
Sebelumnya, WHO menyoroti tujuh provinsi tersebut karena memiliki tingkat laju penyebaran yang tinggi dari 2 sampai 8 Agustus. WHO mencatat ketujuh provinsi itu berada pada level 4 yaitu dengan skala insiden kasus lebih dari 150 per 100 ribu penduduk.
“Berdasarkan pedoman sementara WHO ini berarti bahwa ada risiko infeksi Covid-19 yang sangat tinggi bagi masyarakat umum dan sejumlah besar kasus yang didapat secara lokal dan tersebar luas,” dikutip dari laporan WHO pada Jumat (13/8).
Vaksinasi di Indonesia sendiri masih menghadapi masalah ketimpangan. Cakupan vaksinasi di Jawa Bali rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan dari total vaksin yang ada, sebanyak 50 persennya dialokasikan untuk Jawa-Bali. Sebab, laju penyebaran Covid-19 di daerah-daerah Jawa Bali lebih tinggi.
“Otomatis pembagiannya akan berbeda-beda. Memang jumlah vaksin yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan kita, karena vaksin datangnya bertahap,” kata dia, Senin (26/7).
Editor :R.A
Sumber :CNN