(Untung Wahyudi, penulis dan pegiat literasi, tinggal di Sumenep, Madura)
Perkembangan dunia digital saat ini membuat kehidupan semakin praktis dan dinamis. Setiap individu sudah bisa menikmati berbagai informasi yang disajikan lewat berbagai kanal informasi seperti televisi, radio, media sosial, hingga jaringan media online yang setiap saat bisa dinikmati dengan modal kuota data internet.
Namun, yang perlu disadari adalah semakin rendahnya tingkat literasi kita sehingga banyak masyarakat yang belum bisa memilah dan memilih informasi yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, informasi yang tidak jelas sumbernya semakin deras menghujani ruang dengar dan ruang baca kita sehingga, kita dengan mudah terhasut atau terprovokasi berita-berita negatif yang tak bertanggung jawab.
Hernowo (2005), salah seorang motivator membaca-menulis, dalam bukunya Mengikat Makna Sehari-hari menjelaskan, salah satu manfaat membaca adalah mampu menyaring informasi dengan baik.
Menurutnya, saat membaca sebuah informasi, baik dari buku atau media lainnya, seseorang seharusnya bisa menyaring informasi tersebut sehingga manfaat bisa didapat setelah kegiatan membaca.
Lalu, untuk bisa mengingat apa yang kita baca, maka seseorang harus mampu mengikat informasi tersebut dengan tulisan. Memberikan review atau ulasan dalam bentuk tulisan sehingga apa yang kita baca bisa lebih terikat dan terekam dalam otak.
Untuk meningkatkan pemahaman di bidang literasi, yang saat ini diakui banyak orang sedang mengalami krisis, perlu adanya peningkatan untuk menumbuhkan minat literasi sejak dini. Siswa-siswi di sejumlah sekolah, sebagaimana hasil Asesmen Nasional yang dilakukan pada 2022 lalu, konon mengalami darurat literasi. Benarkah demikian?