Diumur baru menginjak empat (4) tahun, Wawan sudah harus menyaksikan kedua orang tuanya berpisah. Dimana seharusnya Wawan masih butuh kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Ayahnya, memilih pergi dan menikah lagi dengan wanita lain. Disaat itu, Wawan betul-betul kehilangan sosok sang ayah yang dibanggakannya. Dimana Wawan butuh sosok ayah yang seharusnya membimbingnya dimasa kecil, mengajaknya bermain dan menjadi guru untuk mengenal tentang kehidupan di dunia. Namun apalah daya, ayahnya lebih memilih pergi meninggalkannya.
Ketika itu, Wawan belum mengetahui arti perpisahan/perceraian kedua orangtuanya. Namun, Wawan seringkali merindukan kehadiran sosok ayahnya.
“Namanya masih anak-anak tak tau apa-apa ya. Sering lah panggil-panggil nama ayah, kemana ayah. Cuma ibuku bilang, ayah pergi kerja. Padahalkan bukan begitu. Tapi ibuku mungkin waktu itu tidak mau memberikan beban berat kepada anaknya,” cerita Wawan mengenang masa kecilnya.
Wawan lalu tinggal bersama dan dirawat sang ibunda tercinta. Setahun kemudian, ibu Wawan menikah lagi. Dengan laki-laki yang dicintainya. Ketika itu Wawan berumur kurang lebih 5 tahun. Ayah tiri Wawan bernama Abidin asal Kabupaten Barru. Ayah tiri Wawan adalah seorang Pengusaha es balok di tempat pelelangan ikan (TPI) di Kabupaten Barru.
Baru merasakan kasih sayang dari sosok sang ayah, yang lama telah dirindukannya. Wawan lagi-lagi harus ditinggalkan sosok ayah. Ayah tiri Wawan menderita sakit. Dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 2010. Ketika itu Wawan masih berumur 11 tahun dan masih menempuh dunia pendidikan di bangku kelas Lima (5) sekolah dasar. Sedangkan Kakak kandung Wawan baru menginjak umur 16 tahun.