Kelompok Perempuan Berdaya, Ubah Batok Kelapa Jadi Karya Seni

limbah batok kelapa
UMKM Sinar Mulia Abadi berdayakan kelompok perempuan olah limbah batok kelapa. Foto: Istimewa

AlurNews.com – Tumpukan limbah batok kelapa menjadi hal yang lumrah di Banjar Dinas Waliang, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Karangasem Bali. Namun, di tangan Ayu Mahesarani Karang limbah itu jadi bernilai tinggi.

Ayu Mahesarani tidak sendirian, berawal dari memberdayakan beberapa orang perempuan di sekitar tempat tinggalnya, kini ia telah memperkerjakan 26 orang untuk mengolah batok kelapa.

Melalui unit usaha Sinar Mulia Abadi, para perempuan ini berdaya menyulap limbah batok kelapa menjadi berbagai kerajinan tangan bernilai jual tinggi.

Baca Juga: Kemenag Kepri Gelar Tanjak Expo, Dorong Ekonomi Umat dan UMKM Batam

Dulunya, limbah batok kelapa di Banjar Dinas Waliang ini hanya dijual mentah-mentah ke Pulau Jawa dengan harga yang sangat murah.

“Awal 2018 silam, kami berinisiatif untuk mengolahnya kembali menjadi sebuah kerajinan tangan. Misalnya saja seperti tempat tisu, tempat permen, keranjang buah atau tempat sesajen upacara,” kisah Rani, panggilan akrabnya, Senin (18/3/2024).

Selain itu, produk-produk yang dihasilkan tersebut juga dapat menyesuaikan permintaan dari para konsumen.

“Jadi, apa yang para pembeli mau, nanti kami buatkan,” ujarnya.

Beragam pilihan yang ditawarkan oleh Sinar Mulia Abadi tidak serta merta membuat UMKM bentukannya berhasil melewati masa sulit. Terutama di masa pandemi, walau sebelumnya Rani mengakui kerap mendapat orderan dari beberapa kota lainnya.

Dalam masa pertumbuhan unit usaha ini, Rani melakukan beberapa cara pemasaran, hingga sistem penjualan secara door to door.

Unit usaha miliknya berhasil melewati masa sulit terutama menghadapi kendala pemasaran, setelah menjadi bagian UMKM BRI Peduli.

“Kami mendapatkan bantuan dana senilai Rp70 juta dan beberapa alat penyokong, seperti delapan etalase, gunting rotan, jarum, benang, gerinda, serta pelatihan dari BRI Peduli,” kata dia.

Sebelumnya, UMKM tersebut tidak memiliki etalase untuk memajang produk-produk yang dihasilkan.

“Sehingga, ada sedikit kesulitan untuk memperkenalkan berbagai kerajinan yang dibuat kepada calon konsumen,” terangnya.

Bantuan dari BRI Peduli ini, menurut Rani sangat menguntungkan bagi kelompok usaha dan anggotanya. Selain itu dalam pelatihan mereka juga diajarkan untuk mengkreasikan batok kelapa sehingga hasilnya lebih beragam dan diterima di pasar yang luas. (Nando)